Ilustrasi produk IKM dengan bahan ramah lingkungan. (Foto: Indonesia.go.id)

Jakarta, MNEWS.co.id – Pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia ke depannya harus diarahkan pada bisnis ramah lingkungan berbasis keunggulan lokal. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Teten Masduki.

Berdasarkan laporan yang diterbitkan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas pada Januari 2021, ekonomi sirkular berpotensi menambah gross domestic product (GDP) senilai Rp593 Triliun hingga Rp638 Triliun dan mampu menyerap 4,4 juta pekerja serta mengurangi volume sampah hingga 18,53% di tahun 2030.

Teten menjelaskan jika berdasarkan data SMERU 2021, sebanyak 73% anak muda Indonesia berminat menjadi wirausahawan. Lebih lanjut jika melihat data UNDV, 90% UMKM tertarik dengan usaha yang ramah lingkungan dan inklusif.

“Kami terus mendorong start up anak muda yang bergerak di bidang ramah lingkungan, salah satunya dalam mengelola sampah plastik yang meningkatkan pendapatan dan pelestarian hingga 3 kali lipat,” ujarnya dalam webinar WWF dengan program Smart City Bersama Sekolah Tinggi Manajemen PPM, Rabu (23/3/2022).

Selain diarahkan pada bisnis ramah lingkungan berbasis keunggulan lokal, lanjut Teten, pengembangan UMKM hijau inklusif dan berkesinambungan merupakan tugas bersama dan harus terus diupayakan dengan kolaborasi dan kemitraan strategis antara pemangku kepentingan, baik pemerintah universitas, BUMN maupun sektor swasta lainnya.

Sementara itu, Deputi Kemenkop UKM Prof. Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, dari data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), jumlah rata-rata produksi sampah di Indonesia mencapai 175.000 ton per hari, atau setara dengan 64 juta ton per tahun.

“Jika kita masih melanjutkan kebiasaan penggunaan ‘business as usual’ (bisnis seperti biasa) terhadap sumber daya saat ini, maka pada tahun 2020 kebutuhan saat ini setara dengan 1,7 bumi. Dan pada tahun 2050 kita membutuhkan 3 kali dari bumi (tampungan-red) kita saat ini,” ungkapnya.

Penerapan ekonomi sirkular, lanjut Bambang, dapat mengurangi emisi GRK (Gas Rumah Kaca) dan bahkan membuat sistem pembangkit listrik yang carbon negative.