Jakarta, MNEWS.co.id — Dalam rangka meningkatkan daya saing koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk mewujudkan kemandirian perekonomian nasional, Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM memperkuat koperasi dengan fasilitasi berbasis pendekatan industrialisasi.
Di tahun 2018, tercatat peningkatan volume usaha KUMKM sektor riil yang terfasilitasi sebesar 29,90 persen serta pertumbuhan ekspor KUKM yang difasilitasi tersebut meningkat rata-rata 12,32 persen. Untuk tahun 2019, ada 3 Prioritas Nasional Pembangunan Indonesia yang akan dilakukan oleh Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran, yakni meningkatkan volume usaha KUMKM sektor riil terfasilitasi sebesar 10 persen, pertumbuhan ekspor koperasi dan UMKM yang terfasilitasi masing-masing 2 persen dan 5 persen, serta KUMKM yang meningkat volume usahanya melalui kemitraan sebesar 50 persen.
Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM, Victoria Simanungkalit mengatakan, sampai tahun ini misi Kemenkop terhadap KUMKM adalah agar dapat naik secara berkelanjutan. Meskipun persentase peningkatan ekspor lebih rendah dari tahun sebelumnya, Indonesia dinilai beruntung karena KUMKM masih bisa ekspor baik secara langsung maupun tidak langsung.
“Program-program kami masih fokus meningkatkan daya saing KUMKM, tapi sekarang dituntut berkolaborasi dengan K/L lainnya, swasta, pebisnis dan lain-lain. Kolaborasinya diarahkan dalam bentuk value chain yang utuh. Sebagian besar KUMKM skala usahanya kecil, sehingga tidak efisien dan daya saingnya tidak tinggi. Nah, kita mendorong koperasi agar skala usahanya optimal, agar ada efisiensi biaya, promosi lebih baik, akses teknologi dalam produksi dan lainnya agar bisa masuk dalam tatanan global,” papar Victoria dalam Konferensi Pers di Press Room Kementerian Koperasi dan UKM, Jumat, (8/2/2019).
Tingkatkan Nilai Tambah Produk dengan Sinergi
Sinergi antar Kementerian/Lembaga, Pemda, pelaku usaha hingga sektor swasta dan organisasi pemerintah penting dilakukan, untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya lokal demi mengembangkan koperasi dan UMKM Indonesia yang inklusif. Ada 6 sektor KUMKM yang akan disinergikan, yaitu di sektor pertanian dan perkebunan, perikanan dan peternakan, pariwisata, kriya, kuliner, dan fesyen.
Ia menilai, untuk meningkatkan nilai tambah produk, perlu dilakukan industrialisasi dengan skala ekonomi, juga agar petani dapat menikmati nilai tambahnya maka perlu dilakukan melalui bentuk koperasi. Perlu pendampingan agar koperasi dapat membangun industri yang berkelanjutan. Salah satu contoh konkretnya yaitu KPSP Saluyu di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, yang telah teridentifikasi dan akan dilakukan pembangunan pabrik keju mozzarella.
“(Ada) Koperasi sektor peternakan dari Lampung dan KUD Brebes sektor jasa revitalisasi pasar. Kami juga akan mencoba nilai tambah di bidang koperasi dengan beras premium di Jawa Tengah, desa wisata di NTB, di bidang fashion juga dilakukan promosi dan pameran. Itu yang akan dilakukan di 2019,” pungkasnya.
Di tahun 2019 ini juga, Kementerian Koperasi dan UKM akan mendorong 90 koperasi dari sektor pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, jasa, dan aneka usaha di Indonesia untuk melakukan kemitraan. Kemitraan disini tidak hanya berupa pemasaran produk, tetapi juga pendampingan mulai dari persiapan modal, quality control, manajerial, hingga produk tersebut sampai di masyarakat. Selain bekerja sama dengan perusahaan dan pemerintah daerah, Kemenkop juga akan menggandeng NGO di antaranya IACCB, Agriterra, Kotra, dan lainnya.
Kerja Sama dengan IACCB
Lebih lanjut Victoria menjelaskan, IACCB atau Indonesia Australia Commercial Cattle Breeding yang mengelola CSR perusahaan-perusahaan di Australia yang ekspor daging ke Indonesia, akan diarahkan untuk melakukan program pengembangan peternakan sapi pedaging di Indonesia.
Nantinya Koperasi Maju Sejahtera di Lampung akan mendapat bantuan ternak 100 ekor sapi betina dan 5 pejantan. Pendampingan yang dilakukan seputar bagaimana meramu pakan yang bisa menggemukkan sapi dengan baik. Dengan ramuan makanan ini, pedet yang dihasilkan juga akan semakin baik.
“Selama ini di Lampung kalau sapi dijual ke pasar ternak atau Blantik Rp 6-7 juta. Tetapi dengan bantuan dari Australia digunakan sistem lelang, dijual bisa lebih dari Rp 7 juta. Koperasi maju sejahtera termasuk berhasil mengembangkan peternakan ini,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Victoria, ada program revitalisasi pasar yang dilakukan setiap tahun. Di tahun ini rencananya Kemenkop UKM akan membangun 53 pasar dengan dana tugas perbantuan. Hasil monev untuk tahun 2018, omzet pendapatan pedagang pasar yang direvitalisasi naik 51 persen, dan penyerapan tenaga kerja rata-rata juga meningkat hingga 48 persen.
“Akan ada pasar tematik untuk memasarkan produk-produk unggulan di daerah tersebut, dengan meningkatkan kapasitas pengurus pasar dengan kemampuan IT. Kalau pasar biasa, pedagangnya memang UKM tapi produknya milih pengusaha besar dan industri. Dengan IT diharapkan ada kemudahan perdagangan antar daerah. Kita berharap informasinya akurat dan pemerintah bisa menggunakan data tersebut untuk membuat kebijakan,” imbuh Victoria.