Jakarta, MNEWS.co.id – Waterfront City Labuan Bajo menjadi magnet baru pariwisata yang lebih baik dan menghidupkan UMKM lokal yang mulai bangkit kembali di Nusa Tenggara Timur sebagai Destinasi Super Prioritas.
Badan Otoritas Labuan Bajo dan Flores (BOLBF) bersama dengan beberapa lembaga dan stakeholder telah merampungkan pembangunan Waterfront City pada bulan Februari 2022. Waterfront City Labuan Bajo terdiri dari lima Zona, yaitu Zona 1 (promenade Bukit Pramuka), Zona 2 (promenade Kampung Air, Zona 3 (plaza dan ruang publik), Zona 4 (promenade bagian dari plaza hotel), dan Zona 5 (promenade struktur kantilever).
“Waterfront City ini dibagi menjadi 5 Zona. Zona 1 dan Zona 2 dikelola oleh pemerintah kabupaten, Zona 3 dikelola oleh Kementerian Perhubungan, Zona 4 milik BUMN dan Zona 5 juga dikelola oleh pemerintah kabupaten. Waterfront City Labuan Bajo akan diresmikan pada Juni 2022 mendatang,” kata Shana Fatina, Direktur BPOLBF dilansir dari situs Kemenparekraf.
Shana menjelaskan bahwa setiap zona akan dilengkapi dengan sarana dan prasarana pendukung lainnya. Satu yang menjadi sorotan adalah pembangunan Tourist Information Center (TIC) yang berada di Zona 4. Bekerja sama dengan Kemenhub, TIC ini dibangun dan dikelola bersama guna membantu pengunjung yang datang dalam pencarian informasi terkait pariwisata di Labuan Bajo.
“TIC akan menjadi pusat informasi atau sistem pelayanan publik untuk para wisatawan ke Labuan Bajo dan sekitarnya. Kami juga merencanakan untuk menyiapkan program para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif lokal untuk bisa berkegiatan di sini, seperti di F&B, pop up mart, hingga loket e-ticketing dan help desk pariwisata,” ungkap Shana.
Menurut Shana, pembangunan Waterfront City Labuan Bajo sangat mengutamakan keterlibatan penduduk sekitar. Misalnya saja sejak awal mula mendesain Zona 2 dan 3 yang dibangun di Kampung Air, BPOLBF berembuk dengan masyarakat setempat agar pembangunan ini sesuai dengan ekspektasi mereka.
Selain itu, Kampung Air juga akan menjadi wilayah heritage dan beberapa rumah di sana akan direnovasi menjadi homestay, kios, dan kafe yang akan dibina langsung melalui program BPOLBF.
“Kami ingin masyarakat lokal juga merasa memiliki Waterfront City ini. Jadi, kami berikan kebebasan kepada masyarakat dan komunitas lokal untuk memanfaatkan fasilitas yang ada di sana dengan sebaik-baiknya dan memelihara Waterfront City selayaknya milik mereka sendiri,” ujar Shana.
Sementara itu, Labuan Bajo juga menjadi lokasi side event G20 yang akan diselenggarakan pada Oktober nanti. Terkait hal tersebut, Shana menjelaskan Waterfront City Labuan Bajo secara khusus juga akan menjadi salah satu lokasi untuk menggelar side event G20.
“Kami juga mempersiapkan Waterfront City agar bisa digunakan untuk event entertaintment dan MICE. Beberapa side event tidak resmi yang diselenggarakan oleh komunitas lokal juga akan diadakan selama G20 nanti. Seluruh perjalanan wisata bahari juga akan kami arahkan melalui Waterfront City Labuan Bajo,” ungkap Shana.
Dengan hadirnya Waterfront City, Shana berharap Labuan Bajo bisa menjadi destinasi wisata yang dapat memberikan full experience melalui berbagai pilihan wisata alam, budaya, dan aktivitas lainya. Waterfront City Labuan Bajo merupakan salah satu simbol kesiapan BPOLBF untuk pariwisata yang lebih baik di Nusa Tenggara Timur sebagai Destinasi Super Prioritas.
“Terlebih dengan adanya Waterfront City Labuan Bajo yang tidak hanya memikat wisatawan luar, tapi juga sebagai ruang bebas bagi masyarakat sekitar. Waterfront City Labuan Bajo bisa menjadi magnet dan menghidupkan UMKM lokal yang mulai bangkit kembali. Tugas BPOLBF selanjutnya adalah mempromosikan Labuan Bajo, secara khusus Waterfront City Labuan Bajo, dengan baik untuk menyambut geliat pariwisata yang lebih besar lagi,” ujar Shana.