“UMKM memiliki peluang yang luar biasa apabila proses yang dijalani dari A-Z dapat dikelola dan dijalankan dengan baik dan semestinya salah satu hal terpenting dalam proses tersebut adalah Visual Branding.”
Hampir tidak ada produk yang menjadi pemain tunggal di pasaran. Perkembangan pasar yang sangat dinamis menarik banyak perusahaan untuk berkecimpung di sebuah bidang usaha yang sama. Dengan demikian banyak perusahaan yang bersaing untuk memperebutkan perhatian dari pelanggan atau target market mereka. Image suatu perusahaan sangatlah penting dalam menentukan keberhasilan suatu perusahaan dalam rangka menarik perhatian konsumennya.
Sebuah identitas grafik yang menonjol serta unik diperlukan sebagai pengenal suatu produk atau perusahaan. Image graphics tersebut berguna sebagai sarana untuk melakukan promosi, menyampaikan visi dan misi, menggambarkan filosofi dari organisasi atau perusahaan, agar mudah diingat oleh masyarakat dan memberikan citra positif kepada masyarakat.
“Visual Branding pada intinya penting sekali dilakukan oleh suatu perusahaan dengan tujuan agar konsumen selalu ‘ingat’ dengan produk yang dijual perusahaan tersebut”, ungkap Anggia Pitaloka Founder Geluk Design Yogyakarta. Anggi yang berkesempatan untuk mengikuti pendidikan singkat untuk kelas Branding di Central Saint Martins, King Cross-London ini menambahkan, Visual Branding dilakukan secara step by step, dimulai dari pembuatan logo, tagline, kemasan, lalu muncul sebagai turunan menjadi Brand DNA. “Brand DNA yang dimaksud adalah, misalkan kalau mau berjualan keripik pisang, apa yang menarik untuk ditonjolkan. Jangan sampai persepsi kemasan pada produk tidak mencerminkan produk yang dijual”, jelasnya.
Anggi yang kerap kali diundang sebagai pembicara untuk mengisi training UMKM mengatakan, UMKM ini memiliki peluang yang luar biasa apabila proses yang dijalankan dari A-Z dapat dilakukan dengan semestinya. “Suatu kepuasan bagi saya bila ternyata saya melihat ada produk bimbingan saya yang penjualannya mampu ‘melejit’ di pasaran,” ungkapnya.
Namun ada satu hal yang tidak dapat dipungkiri ujar Anggi, karakter masyarakat pegiat UMKM yang rata-rata masih sangat konservatif. “Ini tantangan buat saya sebetulnya, bagaimana saya bisa membantu teman-teman UMKM khususnya di Yogyakarta untuk melakukan improvement, walaupun tidak jarang berbenturan dengan karakter pribadi yang masih tergolong kolot atau konservatif.”
Pelatihan Visual Branding
Sering kalinya diundang sebagai pembicara di beberapa tempat, membuat Anggi pada akhirnya digandeng oleh Disperindag DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta). “Training UMKM ini terselenggara atas kerjasama dengan Disperindag DIY, dilakukan rutin setiap tiga bulan sekali dan yang hadir adalah para pegiat UMKM yang sudah memiliki produk”, tambahnya, “Training ini diselenggarakan dalam rangka melakukan pengembangan bisnis UMKM terutama di kota Yogyakarta.”
Kelas Training UMKM ini tidak hanya bersifat materi atau latihan, namun juga diselingi dengan sisipan motivasi. Untuk kelas Branding, materi akan dibawakan selama 2 hari, dengan gambaran, di hari pertama peserta akan diajak untuk melakukan Mapping Product yang terdiri dari (Mapping product, Target, Demography, Psicography, Price, Competitors dan Referance). Setelah itu, di hari ke dua peserta akan diminta untuk membawa produknya masing-masing untuk dievaluasi. “Nah, di hari ke dua ini saya akan memberikan masukan yang bersifat konsutruktif, kira-kira untuk desain dan kemasan yang dibuat sebetulnya sudah layak atau belum untuk dipasarkan,” ucap Anggi.
Dalam satu batch biasanya terdiri dari sekitar 22 hingga 25 orang. Anggi menjelaskan, “Pegiat UMKM yang hadir mengikuti pelatihan akan dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan konsentrasi bisnisnya masing-masing, misalkan saja ada kelompok Kerajinan, Olahan Makanan, dan lain-lain.” (EI)