Ilustrasi pelaku UMKM Kotamobagu (image: Google)
Ilustrasi pelaku UMKM Kotamobagu (image: Google)

Kotamobagu, MNEWS.co.id – Kepala Dinas Perdagangan Koperasi dan UKM Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara, Herman Aray, meyakini jika sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) sangat efektif dalam menyerap tenaga kerja dan masih cukup potensial untuk dikembangkan.

Aray menyebutkan terdapat 15.056 UMKM di Kotamobagu. Jumlah itu terdiri dari usaha mikro kecil (UKM) sebanyak 14.837, dan usaha mikro besar (UMB) 219. Jumlah itu sudah banyak menyerap tenaga kerja.

“Nah, dari data tersebut, terdapat 28.308 tenaga kerja bekerja di UKM dan 4.674 jiwa bekerja di UMB. Sehingga kehadiran UMKM memang mampu menyerap tenaga kerja, dan mampu menekan angka pengangguran di daerah ini,” jelas Aray.

Karena itu, kata dia, Pemerintah Kota (Pemkot) Kotamobagu berkomitmen mengembangkan industri kreatif di sektor UMKM. Menurutnya, UMKM Kotamobagu mampu memberikan pemberdayaan kepada masyarakat yang memiliki banyak potensi.

“Semua ini kita lakukan semata-mata untuk memberikan akses dan ruang bagi pelaku UMKM dalam mengembangkan usahanya. Selain itu, Dinas Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kotamobagu juga rutin memberikan berbagai pendidikan dan pelatihan bagi pelaku UMKM,” katanya.

Keberadaan UMKM dipercaya bisa memberi kontribusi dalam menekan angka pengangguran di Kotamobagu. “Nah, itu yang kami coba dorong karena banyak sekali efek positifnya terhadap keberadaan UMKM. Selain untuk meningkatkan ekonomi, juga mempu memberikan peluang kerja bagi masyarakat,” terangnya.

Sementara itu, Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan, M. Rudy Mokoginta, dalam beberapa kesempatan mengingatkan pelaku UMKM yang ada di Sulawesi Utara agar terus menyesuaikan dengan tuntutan pasar yang terus berkembang.

Pasalnya, kata dia, saat ini, bila ingin membeli suatu barang maupun jasa konsumen cukup meraih smartphone kemudian membuka situs e-commerce dan berbelanja di sana. Segala kepraktisan itu menyebabkan terjadinya pergeseran perilaku konsumen, dan juga menyebabkan pelaku bisnis offline dituntut cepat bergerak ke perdagangan online dengan menjadi seller di berbagai marketplace seperti Tokopedia, Lazada, Shopee dan sebagainya.

Hal ini menjadi perhatian serius Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dengan menghimpun dan mendorong 300 pedagang pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) se-Sulawesi Utara untuk memiliki toko onlinenya sendiri.

Mokoginta mengajak segenap komponen masyarakat agar jeli dan cerdas menangkap peluang besar ini, mengingat optimalisasi di sektor ini akan berdampak pada meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi bangsa umumnya dan ekonomi Sulut pada khususnya.

“Saya berharap melalui kegiatan ini, masyarakat Sulut semakin memahami dan mengerti tentang bagaimana pengelolaan perdagangan elektronik khususnya e-commerce, sehingga nantinya memberikan dampak positif dalam peningkatan kualitas dan profesionalitas SDM di Sulawesi Utara,” tukasnya.