Jakarta, MNEWS.co.id – Menghadapi era industri 4.0, ternyata banyak Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang bahkan belum memasuki era industri 3.0. Teknologi yang diterapkan dalam perindustrian tidak semudah teknologi dalam genggaman tangan. Sebab, masih banyak IKM maupun bisnis yang tidak bisa bertahan lama menghadapi gempuran industri 4.0 ini.
Made Dana Tangkas, Presiden IOI (Industri Otomotif Indonesia), mengungkapkan tiga poin penting bagi entrepreneur di era industri 4.0. Pertama, mengetahui apa saja tantangan dalam dunia bisnis industri “World Class Industry & Business Challenges”, kedua, bagaimana menumbuhkan usaha di bidang produk otomotif dan inovasi melalui industri 4.0 “Reach Entrepreneur for The Automative Products & Process Innovation Through Industry 4.0 Scheme”, dan terakhir memahami tantangan dalam implementasi industri 4.0 yang massif dalam aspek mesin, material, metode, dan manusia “Challenges Towards Implementation of Massive Industry 4.0 in Term Of 4M (Machine, Material, Method & Man)”.
Made mengatakan, di Indonesia ada sekitar 3.3 juta IKM, tapi dari jumlah tersebut, bagaimana kondisi sebenarnya? Mengapa ada perusahaan yang bisa sukses selama puluhan tahun, dan mengapa ada perusahaan yang baru beberapa tahun sudah bangkrut? Ia mencontohkan, mengapa negara Indonesia yang memiliki sumber daya alam berlimpah tidak bisa menjadi negara industri, sedangkan negara-negara seperti Singapura dan Korea Selatan bisa menjadi negara industri yang maju meskipun minim sumber daya alam?
Hal tersebut karena faktor penentunya ada di sumber daya manusia, bukan sumber daya alam. Sumber daya manusia menjadi penentu majunya suatu industri/bisnis. “SDM merupakan faktor yang menentukan kemajuan. Manusia itu memiliki 3 aspek kompetensi, yaitu value (nilai yang dipegang), kemudian sistem, dan leadership (kepemimpinan). Contohnya Jepang dan Singapura, sudah ada ketiga aspek itu,” jelas Made dalam acara Seminar Nasional Reformation: Reach Entrepreneur for Massive Industry 4.0, di auditorium lantai 4 Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, pada Selasa (30/7/2019).
Belajar dari Toyota
Contoh konkret dari penerapan aspek-aspek sumber daya manusia adalah Toyota. Sebagai perusahaan otomotif ternama dari Jepang, Toyota memegang nilai-nilai yang sangat mempengaruhi etos kerjanya. Misalnya, nilai bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Karena, menjadi seorang entrepreneur berarti menjadi pemimpin. Pemimpin harus harus melakukan yang terbaik sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya.
Kesuksesan Toyota sebagai suatu perusahaan tidak terlepas dari kualitas manusia di dalamnya yang memiliki 3 aspek yaitu nilai, sistem, dan kepemimpinan. Sebagaimana diketahui, lanjut Made, aset Toyota mencapai Rp 5000 Triliun, dengan keuntungan rata-rata per tahun Rp 200 Triliun. Toyota juga memiliki 51 manufacturing companies di 26 negara, dan 170 distributor di 140 negara. Lebih lanjut, seseorang juga harus memiliki jiwa entrepreneur jika ingin bisnisnya semakin sukses.
“Mindset entrepreneur harus memberi nilai tambah, harus memiliki kemampuan cost & benefit analysis. Misalnya, produk kita nilai tambahnya apa untuk konsumen? Bicara bisnis tidak hanya produk, tapi juga business plan, bagaimana merancang pelayanan bisnis yang baik. Apa saja nilai tambah yang harus diberikan kepada konsumen, harus terus berinovasi. Bisnis otomatif ke depan semakin cepat, perlu kolaborasi,” tandasnya.