Ilustrasi Perempuan Perkuat Ekonomi. Foto: Pexels.
Ilustrasi Perempuan Perkuat Ekonomi. Foto: Pexels.

Jakarta, MNEWS.co.id – Perempuan dinilai memiliki potensi sebagai penguat ekonomi bangsa. Selain karena populasinya yang di Indonesia bahkan lebih banyak dibanding laki-laki, perempuan juga mampu menghasilkan keuntungan lebih besar dalam berusaha.

“Kaum perempuan telah terbukti mampu menjadi solusi krisis ekonomi hususnya dalam perekonomian rumah tangga, atau yang kita kenal dengan usaha mikro,” ujar Sekretaris Kemenkop dan UKM, Meliadi Sembiring, dalam talkshow yang digelar dalam rangka hari puncak HGB (Hari Gerak Bersama) PKK ke-46 dan Jambore Nasional Kader PKK di Hotel Mercure Jakarta, Selasa (2/10/2018).

Menurut Meliadi, perempuan memiliki kapasitas dan kualitas yang dapat dikembangkan menjadi wirausaha tangguh. “Karakter yang kuat, ulet telaten dan konsisten adalah sifat yang melekat di perempuan ditambah populasinya yang mencapai 133,56 juta jiwa atau 51 persen dari jumlah penduduk Indonesia, saya kira itu kekuatan yang luar biasa,” pungkas Meliadi.

Peran serta perempuan dalam koperasi pun cukup menggembirakan, dimana saat ini tercatat ada 12. 507 unit koperasi wanita (kopwan). Beberapa kopwan yang besar antara lain,  Koperasi  Setia Bhakti Wanita di Surabaya dengan jumlah anggota 12.401 orang, aset sebesar Rp 178 miliar dan omset Rp 243 miliar. Selain itu ada, Koperasi Setia Budi Malang, dengan anggota 9.377 perempuan, aset Rp 90 miliar dan omset Rp 118 miliar.

Sekretaris Kemenkop dan UKM, Meliadi Sembiring, dalam talkshow hari puncak HGB
(Hari Gerak Bersama) PKK ke-46 dan Jambore Nasional Kader PKK di Hotel Mercure Jakarta,
Selasa (2/10/2018). Foto: (doc/KemenkopUKM)

Lebih lanjut Meliadi mengatakan, perekonomian kita yang saat ini tumbuh 5,2 persen dan akan stabil di atas 5 persen, cukup tinggi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

“Setelah pertumbuhan ekonomi sudah bagus, pertanyaan selanjutnya adalah sudahkah merata? Di situlah koperasi dituntut bisa memberikan andil dalam pemerataan ekonomi,” katanya.

Ia menegaskan, koperasi adalah lembaga yang bisa mengurangi kesenjangan antara si kaya dan si miskin.

Selain di koperasi, peran serta perempuan di dalam UMKM juga cukup dominan. Jika pada 2014 peran serta perempuan dalam UMKM masih 40,76 persen, pada 2016 meningkat menjadi 60 persen. Jumlah UMKM saat ini mencapai sekitar 62,9 juta unit.

“Kalau kita lihat rinciannya 98 persen lebih usaha mikro, usaha kecil 1,2 persen, menengah 0,09 persen dan usaha besar 0,01 persen,” jelasnya.

Menurut Meliadi, pelaku UMKM perempuan telah tampil membawa solusi bagi krisis ekonomi khususnya di tingkat Rumah Tangga.

“Rata-rata perempuan bisa memperoleh keuntungan 30 persen,” ujarnya.

Kemandirian Ekonomi

Sementara itu Bupati Kulon Progo Yogyakarta, Hasto Wardoyo  menyampaikan tentang kemandirian ekonomi di Kulon Progo dengan konsep “Bela Beli Kulon Progo”, dimana berbagai inovasi produk lokal Kulon Progo menjadi prioritas dalam kehidupan perekonomian kabupaten ini. Tujuannya, membuat perekonomian Kulon Progo mandiri sekaligus memberdayakan UMKM dan Koperasi, sebagai wujud keberpihakan  terhadap perekonomian rakyat.

Berbagai gebrakan ekonomi dilakukan Hasto seperti kewajiban memakai Batik Geblek Renteng, seminggu sekali bagi pelajar, ASN dan aparat desa. Batik Geblek Renteng adalah produk lokal Kulon Progo yang memenangi lomba desain batik.

Jaringan toko ritel Tomira (Toko Milik Rakyat) yang mempertemukan pemodal dengan koperasi setempat, melobi Bulog Divre Kulon Progo untuk menyerap beras daerah, mendorong PDAM setempat memproduksi air mineral dengan merek Air-Ku, industri gula semut yang dikelola koperasi dimana  90 persen produknya sudah ekspor, program bedah rumah bagi janda tua dan anak yatim dan lain sebagainya.

Selain mampu meningkatkan pendapatan pelaku UMKM dan koperasi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kab Kulon Progo juga naik drastis, dimana pada 2012 masih Rp 70 miliar, pada 2017 menjadi Rp 240 Miliar.

“Saya mengkritik kinerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Sebagai perusahaan air minum namun PDAM Kulon Progo justru tak bisa memproduksi air minum untuk warga Kulon Progo,” tandasnya.

Untuk itu dirinya memerintahkan PDAM untuk berinovasi dimana harus bisa menemukan cara untuk memproduksi air minum kemasan. Dia memberikan waktu kurang lebih 6 bulan untuk observasi. Hasilnya PDAM menyatakan mampu.

Akhirnya lahirlah air minum kemasan dengan merek ‘Air KU’. Dari 9 juta kebutuhan air minum kemasan produk asing di Kulon Progo, Hasto berhasil menguranginya dengan mampu mengambil alih pasar sebanyak 2 juta air kemasan. Jumlah ini ditargetkan terus meningkat setiap tahunnya.

“Sebentar lagi kita akan punya Bandara Internasional, di sana semua maskapai harus gunakan Air KU dan Tomira, kalau tidak ya jangan mendarat di Kulon Progo. Bandara ini harus berikan manfaat ekonomi ke masyarakat,” pungkasnya.