Hendy Setiono, Founder Kebab Turki Baba Rafi. Foto: Hock.id
Hendy Setiono, Founder Kebab Turki Baba Rafi. Foto: Hock.id

Jakarta, MNEWS.co.id – Siapa yang tidak kenal Kebab Turki Baba Rafi? Gerai makanan kebab khas Timur Tengah dengan warna kuning dan merah yang mencolok ini sudah wara-wiri di berbagai daerah di Indonesia sejak 2003. Hingga saat ini, usaha franchise yang berawal dari gerobak di Surabaya tersebut sudah memiliki hampir 1000 outlet, tersebar hingga ke Filipina, Singapura dan Malaysia. Kini bahkan sudah tersebar hingga ke Cina, Srilanka, Brunei Darussalam, Belanda, dan Bangladesh.

Adalah Hendy Setiono, CEO Baba Rafi Enterprise yang merintis bisnisnya dari 0. Menjaga kualitas makanan juga pelayanan, merupakan hal yang dikedepankan Hendy dalam berbisnis. Kebab yang terinspirasi dari makanan khas Qatar, Timur Tengah tersebut disesuaikan dengan lidah lokal, sehingga menciptakan cita rasa orisinil.

Kebab Turki Baba Rafi yang mendapat predikat “The World’s Biggest Kebab Chain” ini digagas oleh Hendy Setiono, lelaki kelahiran Surabaya, 30 Maret 1983. Di usianya yang bahkan belum genap 40 tahun, Hendy sukses mengembangkan bisnisnya hingga ke mancanegara, tentunya dengan kerja keras dan pengalaman yang tidak ternilai harganya.

Ia berpesan kepada siapapun yang ingin membuka bisnis, untuk sukses harus berani action. Jadi pengusaha tidak boleh gengsi dan malu, harus berani mencoba hal-hal baru. Hendy juga memberikan tips Sharing-Selling, untuk membentuk pasar. Sharing artinya membagikan product knowledge sebelum selling (melakukan penjualan). Jadi, tidak hanya “berjualan” saja, tetapi ada nilai tambah sharing pengalaman dan wawasan sebelum menjual suatu produk.

“Sharing, sharing, sharing, baru selling, nanti kebentuk sendiri marketnya. Gunakan media sosial dengan cara yang kreatif,” pungkas Hendy dalam acara Seminar Nasional Reformation: Reach Entrepreneur for Massive Industry 4.0, di auditorium lantai 4 Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, pada Selasa (30/7/2019).

Lebih lanjut Hendy berbagi tips yang saat ini sedang dilakukannya, yaitu kolaborasi dengan pebisnis lain. Saat ini Ia sedang menjalankan bisnis kuliner yang berbeda dan tidak bisa Ia buat sendiri, oleh karenanya Ia bekerja sama dengan partner lainnya. Ia berpendapat, bisnis itu adalah seni. Spirit entrepreneur itu menghadirkan diri kita sebagai penjual kepada konsumen. Sehingga, entrepreneurship lebih fokus ke penjualan, karena bisnis itu tidak harus semua produk sendiri. Kita bisa fokus pada selling dan marketing dalam membangun brand.

“Saya kalau disuruh bikin super app ngga ngerti, tapi sekarang bisa kolaborasi. Saya kerja sama dengan partner premium gofood dan grabfood. Kuncinya untuk bertahan dalam bisnis bertahun-tahun adalah inovasi, juga perhitungkan cost untuk Research & Development,” imbuhnya.

Hendy Setiono, CEO Baba Rafi Enterprise dan pembawa acara Seminar Nasional
Reformation. Foto: MNEWS.

Menurut Hendy, produk enak itu adalah hal yang wajib, tapi di atas itu semua yang paling utama adalah brand. Contoh sederhananya, yang membedakan antara tukang minuman keliling dengan Starbucks atau kedai kopi terkenal lainnya yaitu nilai tambah berupa ‘gengsinya’. Gengsi disini berarti, ada suatu manajemen sistem yang diterapkan untuk meningkatkan kualitas produk beserta pelayanannya.

Contoh lainnya ada pada warung tradisional versus warung modern. Barang yang dijual sama, tapi di warung modern bisa lebih mahal, kenapa? Karena warung tradisional tidak punya sistem, belum menerapkan teknologi. Sedangkan, warung modern punya sistem, menggunakan teknologi sepenuhnya.

Spirit Sukses Seorang Pengusaha, Mutlak Harus Dimiliki

Untuk menjadi seorang pengusaha, Hendy mengatakan, ada spirit sukses yang harus dimiliki. Spirit sukses tersebut antara lain kreatif, inovatif, dan tidak mudah merasa puas. Seorang pengusaha (entrepreneur) juga harus memiliki semangat dan ambisi untuk mencapai tujuan, dan tidak segan untuk berkolaborasi dengan pihak-pihak lainnya.

“Kalau mau sukses sebagai entrepreneur, jangan takut. Akan ada banyak pelajaran yang bisa ditemukan dalam perjalanannya nanti. Berani mencoba hal baru, karena kita ngga akan pernah tahu sebelum. Jangan mudah merasa puas. Buatlah ciri khas dari bisnismu yang unik, dibandingkan dengan kompetitor lain,” pungkas Hendy.

Untuk membuat ciri khas bisnis yang kita jalankan, ada aspek Unique Selling Proposition (USP) yang bisa menjadi tolak ukur keunikan bisnis yang dimiliki. Misalnya, apa yang membedakan bisnis kita dengan kompetitor lain yang menjual produk serupa? Bersaing dalam hal apa saja? Misalnya, Kebab Turki Baba Rafi keunggulannya sudah dikenal dengan pelayanan yang baik dan bahan baku yang segar, kebab yang enak. Apakah kebab-kebab lain punya aspek yang dimiliki Kebab Turki Baba Rafi?

Ayah dari 3 anak ini sebelumnya pernah menjadi marketer properti. Ia belajar berbagai kemampuan baru yang kelak sangat berguna untuk bisnisnya, seperti kemampuan bernegosiasi, presentasi, dan lain-lain. Ia memberikan semangat kepada para peserta, agar tidak takut mencoba pekerjaan atau bisnis baru sebagai ladang pembelajaran.

“Bisnis itu harus melakukan apa yang kita suka, passion. Nanti akan ada masanya sibuk bekerja membangun startup, tapi ada masanya work life balance,” ujar Hendy.