Ilustrasi pelaku UKM. (Foto: bing.com)
Ilustrasi pelaku UKM. (Foto: bing.com)

Jakarta, MNEWS.co.id – Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyebutkan Pemerintah terus mendorong produk usaha kecil dan menengah (UKM) untuk bisa menembus pasar global.

“Kita terus membina UKM-UKM yang kita anggap punya kapasitas untuk menjadi industri. Selama ini hanya proses kreatif saja, tapi enggak menuju ke industri,” ujar Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausaahan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM Kemenko Perekonomian, Rudy Salahuddin dalam diskusi di Jakarta, Selasa (23/7/2019) seperti yang dilansir dari rilisan Antara.

Rudy mengatakan kehadiran Alibaba dan Amazon dalam penetrasi produk global harus dimanfaatkan dalam mengenalkan produk dalam negeri ke pasar internasional.

Indonesia pernah ikut serta dalam momen Hari Belanja Online 11-18 pada 2018 lalu. Hanya lima produk Indonesia seperti Luwak Drip dari Kopi Kapal Api, biskuit Richeese Nabati, Papatonk Premium Shrimp Crackers, Yang TyTy Sarang Burung Walet, dan Indomie dari PT Indofood, yang bisa tembus di Alibaba.

“Presiden minta lima produk. Dalam seleksi hanya lima itu, karena debitnya harus satu juta item. Akhirnya ada lima brand,” ujarnya.

Namun, dari lima produk yang dipasarkan, hasilnya pun kurang memuaskan. Dari perputaran uang yang mencapai Rp466 triliun dalam Single Day Alibaba, Indonesia hanya bisa mendapat Rp122 miliar.

“Memang tahun lalu itu salah satu kendalanya, persiapan kita yan sangat singkat, sehingga transaksi kita hanya 0,02 persen dari Single Day,” katanya.

Rudy mengaku bahwa UKM-UKM yang ada saat ini memang belum diberdayakan secara maksimal. Ke depan Pemerintah akan membuat klaster agar pembinaan UKM dapat lebih fokus dan efisien.

Salah satu contoh yang bisa saja dibuat klaster seperti sentra sepatu di Cibaduyut, Bandung, Jawa Barat. Kawasan tersebut merupakan tempar industri sepatu di Indonesia.

Rencananya, industri sepatu yang ada di wilayah tersebut akan dibuat dalam satu brand besar. Tujuannya tak lain untuk meningkatkan kualitas dan bisa masuk dalam pasar internasional.

“Kita tinggal ambil misalnya Brodo. Oke ini satu klaster kita labelkan Brodo, mereka dengan label Brodo akan naik penjualannya. Kita desain sedemikian rupa, sehingga kualitas mereka sama dengan Brodo yang dibikin sekarang,” katanya.