Dodi Riadi, PIC Kepulauan Seribu dan Kota Tua dari Kementerian Pariwisata, di Kolega Coworking Space, Jakarta, Rabu (23/1/2019). Foto: (doc/MNEWS).
Dodi Riadi, PIC Kepulauan Seribu dan Kota Tua dari Kementerian Pariwisata, di Kolega Coworking Space, Jakarta, Rabu (23/1/2019). Foto: (doc/MNEWS).

Jakarta, MNEWS.co.id – Candi Borobudur, hutan tropis di Sumatera, hingga tari Saman dari Aceh, hanyalah sebagian kecil dari tujuan wisata heritage di Indonesia. Ternyata, masih banyak peluang menarik yang bisa dikulik para pelaku usaha pariwisata, khususnya startup.

Indonesia yang memiliki belasan ribu pulau dan ratusan suku bangsa dengan beragam kekayaan budaya ini, ternyata masih tertinggal dari negara-negara tetangganya dalam hal memaksimalkan potensi heritage tourism. Indonesia memiliki daya tarik tujuan wisata budaya nomor 1 di ASEAN. Namun, untuk kategori tour guide, posisi Indonesia masih di bawah Filipina, Malaysia, dan Singapura.

Dodi Riadi, PIC Kepulauan Seribu dan Kota Tua dari Kementerian Pariwisata membeberkan data ini. Menurutnya, Indonesia masih lemah dalam mengemas interpretasi nilai-nilai warisan budaya sehingga kurang maksimal dalam menjual paket-paket wisata. Hal tersebut merupakan peluang di balik daya tarik wisata heritage Indonesia.

“Indonesia punya warisan budaya yang bisa diolah untuk meningkatkan kualitas pariwisata budaya. Kenapa heritage penting? Karena wisatawan ingin mendapat pengalaman,” pungkasnya dalam sesi SME & Heritage Session di Wonderful Startup Academy Batch 2, dengan tema “How to Develop Heritage Destination” di Kolega x M Coworking Space, Jakarta, Rabu (23/1/2019).

Dodi melanjutkan, ada pergeseran tren pariwisata dunia. Sekarang masyarakat lebih cenderung untuk mencari pengalaman yang bisa memuaskan batinnya. Tempat-tempat pariwisata yang ada pun lebih segmented lagi, karena sangat dinamis. Tren ini tiap saat bisa berubah. Pasar utama yang sedang dibidik sekarang adalah milenial atau youth traveler yang lebih suka melakukan sesuatu yang berbeda.

“Dari beberapa survei, ada traveler yang lebih suka homestay dengan penduduk lokal dibandingkan tinggal di hotel. Misalnya, ada paket wisata di Labuan Bajo yang tidak hanya menawarkan untuk melihat komodo, tetapi juga menggalang dana membantu anak-anak yang ada di sana,” tambahnya.

Cultural heritage tourism tidak hanya bicara soal masa lalu, tetapi juga masa sekarang dan masa depan. Paket wisata yang ditawarkan semestinya bisa melibatkan wisatawan untuk peduli pada isu-isu di tempat wisata tersebut, sekaligus terlibat dan belajar hal-hal baru. Kegiatan yang dirancang harus aktif dan interaktif, tidak melulu sekadar melihat-lihat dan hanya berfoto sambil lalu.

Dodi mencontohkan, beberapa paket tur di Indonesia sudah mulai menjual paket tematik, misalnya salah satu desa di Solo yang terkenal dengan pengrajin gamelan. Para wisatawan bisa belajar memainkan gamelan, dan selama disana akan disuguhkan sayup-sayup suara gamelan di malam hari yang menjadi daya tarik tersendiri. Ada juga paket tur di Wakatobi yakni starrytelling, di sana wisatawan bisa menyimak cerita-cerita di salah satu perkampungan suku Bajo yang bisa membaca bintang.

Tentunya, ini adalah peluang yang harus dilihat oleh para pelaku usaha, khususnya peserta Wonderful Startup Academy 2 yang saat ini tengah menggodok usaha rintisannya di bidang pariwisata. Masih banyak hal unik dan menarik yang bisa menjadi daya tarik pariwisata Indonesia yang menunggu untuk dieksplor lebih lanjut.