Ilustrasi

Pada perjalanannya melakukan inovasi, M-Tani bekerjasama dengan para ahli di bidang pertanian guna menciptakan varietas-varietas unggulan. Untuk tahap awal, M-Tani bekerjasama dengan para ahli membuat varietas padi M400 yang memiliki keunggulan menghasilkan banyak bulir.

“M400 ini memiliki keunggulan menghasilkan banyak bulir padi, di mana dalam 1 malai dapat menghasilkan 400 bulir padi,” ungkap Rita. Tambahnya, tidak hanya M400, M-Tani juga kemudian membuat varietas baru lainnya, yakni kualitas padi yang dapat dipanen dalam waktu yang relatif singkat.

“Varietas M70D memiliki waktu panen yang relatif singkat. Bila umumnya padi dapat dipanen sekitar 120 hari, M70D dapat dipanen segera di bawah 90 hari.” Tidak hanya kedua varietas tersebut yang menjadi unggulan produk M-Tani, produk terbaru M-Tani yaitu Unglue (read-Ungluecosa) kini menjadi primadona di kalangan masyarakat. “Bisa dikatakan, saat ini permintaan sudah melimpah ruah, dalam satu bulan ada permintaan rutin pengiriman sekitar 50 ton beras, itu baru dari satu tempat, belum dari tempat yang lain,” ujarnya.

Dalam rencana kerja, M-Tani menargetkan untuk produksi padi mencapai 8-16 ton/hektar. Dengan optimis Rita mengatakan hal ini bisa terwujud bila metode memuliakan tanah dapat dijalankan dengan efektif. “Sementara ini kami masih membutuhkan waktu kurang lebih dua tahun untuk mengembalikan tanah ke kondisi netral, dalam artian tidak mengandung bahan kimia,” tukasnya.

Masalah selanjutnya yang muncul adalah mengenai kepastian pembelian. “Akhirnya  kami buat satu cara,  kami membeli hasil petani yang menggunakan paket M-tani berupa paket benih, pupuk, dan pendampingan.” Pendampingan dianggap penting dikarenakan metode memuliakan tanah perlu terus dilakukan monitoring. Tidak tanggung-tanggung, pendamping akan diberikan satu aplikasi IT khusus bernama MTani Mobile untuk memantau perkembangan.

Pendampingan dilakukan selain untuk melakukan monitoring, juga dilakukan agar generasi muda mau kembali melirik dunia pertanian. “Hal ini dilakukan untuk menggempur pemikiran bahwa bekerja di bidang pertanian itu hanya bisa berpanas-panasan, konservatif, dan kurang menyenangkan.” Dengan adanya aplikasi ini, ke depannya diharapkan akan lebih banyak lagi anak muda yang mencintai dunia pertanian. (EI)