Ilustrasi. Foto: Pesona Indonesia
Ilustrasi. Foto: Pesona Indonesia

Jakarta, MNEWS.co.id – Kopi Osing, mungkin namanya masih terdengar asing di kalangan masyarakat penikmat kopi kekinian. Keunikan cita rasa kopi Osing yang berasal dari Banyuwangi kini sudah digemari oleh pencinta kopi di dunia, bahkan telah diekspor di berbagai negara. Jika berkunjung ke Banyuwangi, sempatkan diri untuk mencicipi salah satu kopi paling enak yang ada di Indonesia.

Melansir dari situs Pesona Indonesia Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, adalah Setiawan Subekti, tokoh terkenal pecinta kopi sekaligus tester kopi internasional yang memperkenalkan keunikan cita rasa khas Kopi Osing ke mancanegara.

Ia memiliki kebun kopi sendiri di lereng Gunung Ijen dan Raung di sekitar Kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso, Jawa Timur. Di desa Kemiren, tepatnya di rumah Sanggar Genjah Arum yang didirikan pencinta kopi yang kerap disapa Iwan ini, kita  bisa belajar bagaimana cara menyangrai kopi dengan cara tradisional agar aromanya keluar secara maksimal dan menjadikannya salah satu kopi paling enak di Indonesia.

Cita Rasa Khas Kopi Osing
Berbeda dengan rasa kopi pada umumnya, kopi Osing memiliki rasa yang ringan dan tidak berbau gosong. Saat menyeruput kopi dan kopi masuk memenuhi langit-langit mulut, rasa asam menyeruak dan meninggalkan jejak rasa kuat di rongga mulut. Bagi penderita asam lambung, menurut Iwan, kopi tidak menyebabkan sakit lambung atau maag. “Bahkan jika mengerti prosesnya dan diolah dengan benar, kopi dapat menyehatkan tubuh,” ujarnya.

Rahasia Kenikmatan Kopi Osing
Menurut Iwan, yang menjadikan kopi Osing terasa begitu nikmat terletak pada proses pengolahan kopi yang disangrai selama 15 menit, dengan wajan tanah liat dan tungku kayu. Ia menyarankan agar jangan menyangrai sampai gosong dan terlalu mentah.

Selain itu, untuk mendapatkan tingkat kematangan kopi yang sama, biji kopi yang digunakan juga harus tanpa dicuci dan harus sama ukurannya.

Tidak hanya pada proses mengolah kopi dan bibit yang berkualitas, keunikan rasa kopi Osing juga dipengaruhi oleh posisi perkebunannya. Menurut Iwan, kopi yang dihasilkan wilayah perkebunan di sisi barat yang dipengaruhi oleh angin gunung dan sisi timur yang dipengaruhi oleh angin laut Gunung Ijen, bisa memiliki rasa yang berbeda.

“Cita rasa khas kopi Osing Banyuwangi diuntungkan dua hal, perkebunan yang menghadap ke timur yang artinya mendapat sinar matahari yang lebih banyak dan menghadap ke laut, yang artinya kadar garamnya tinggi,” jelas Iwan.

Tradisi Leluhur
Nama Osing berasal dari nama subkultur terbesar yang hidup di Banyuwangi. Orang Osing adalah sebutan bagi masyarakat asli Banyuwangi. Dahulu, suku Osing menyelamatkan diri ketika kerajaan Majapahit diserang tahun 1478. Selain ke Banyuwangi, suku Osing juga ada yang menetap di pegunungan Tengger dan Bali.

Tradisi menyangrai kopi sebenarnya sudah lama ada pada suku Osing, terutama warga di kaki Gunung Ijen. Kopi dalam bahasa Osing asal  Banyuwangi sering disebut Kopai. Namun menurut Iwan, tidak semua orang menguasai tekniknya.

Selain dapat menikmati kopi khas Osing, Iwan sengaja membuat tempatnya sebagai konservasi rumah Osing. Di rumah Sanggar Genjah Arum, kita bisa melihat sembilan rumah khas orang Osing berbahan kayu bendo dan tanjang. Setiap rumah memiliki fungsi berbeda. Ada yang dibuat sebagai gudang penyimpan kopi, tempat istirahat, tempat makan, dan tempat pertunjukan. Pengunjung yang datang ke Sanggar Genjah Arum, biasanya disambut dengan iringan merdunya tabuhan suara angklung.