Ilustrasi Kopi. Foto: Pexels.
Ilustrasi Kopi. Foto: Pexels.

Jakarta, MNEWS.co.id – Indonesia sebagai negara penghasil kopi keempat terbesar di dunia, menghasilkan lebih kurang 10 juta karung kopi dalam kurun waktu 2017-2018. Data dari The Food and Agriculture Organization (FAO) tersebut menunjukkan keberhasilan Indonesia sebagai produsen kopi, namun nyatanya jumlah peminum kopi di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan negara lain.

Menjamurnya kedai kopi dan variasi minuman kopi faktanya tidak cukup mendongkrak kesadaran masyarakat akan pentingnya kopi sebagai komoditas ekonomi sekaligus komoditas budaya. Koperasi Komunitas Kopi Indonesia (Kokopi) berupaya mengedukasi masyarakat melalui acara bertajuk “Saatnya Kerja bersama untuk Kopi Indonesia” pada 6 Oktober 2018.

Dalam peluncuran Kopi Talk Indonesia, Kokopi sosialisasikan program Penanganan Cepat Bencana di Palu dan Donggala, dengan menghadirkan tim ahli Sesar Palu Koro dan relawan ACT. Tujuan acara ini adalah mentransfer secara pengetahuan Kopi Nusantara kepada generasi milenial, serta membudayakan kepedulian untuk kemajuan bangsa sejak dini.

Berikutnya, diskusi tentang Harmonisasi Hulu-Hilir Kopi Indonesia. Pada diskusi ini, terlihat naiknya permintaan pasar akan kopi Indonesia baik dalam negeri maupun luar negeri yang harus diimbangi dari hulunya, yakni dari sisi peningkatan kuantitas dan kualitas produksi kopi. Peningkatan produksi tersebut sangat erat kaitannya dengan bibit yang ditanam, tanah sebagai tempat penanaman, serta petani kopi sebagai pihak yang menanam.

Dari ketiga aspek tersebut, fokus pembahasan bermuara pada petani, mulai dari peningkatan kesejahteraan petani kopi, pelepasan dari sistem ijon, sampai kepada peningkatan ketertarikan generasi muda untuk menjadi petani. Tercatat menurut data Kementerian terkait, hanya 1.7 juta orang yang berprofesi sebagai petani di Indonesia ini dibandingkan dengan banyaknya jumlah penduduk.

Menurut Ronald Fredriek Rivelino Suorapto, Ketua Umum Komunitas Koperasi Kopi Indonesia (KOKOPI), perjalanan kopi Indonesia untuk kembali menjadi nomor satu dunia seperti tahun 1700-an lalu masih sangat panjang. Hal ini membutuhkan kerja keras dan sinergi dari berbagai pihak.

“Kokopi sebagai salah satu asosiasi kopi yang berbadan hukum koperasi mempunyai tiga program setiap empat tahun, yakni Kopi United terkait acara pameran dan off air kopi Indonesia, Institut Kokopi untuk program edukasi kopi ke masyarakat menyangkut training Baracik Kopi, training bisnis Kedai Kopi yang berkelanjutan, pelatihan ekspor, pengurusan dokumen legal serta sertifikasi halal yang sangat diperlukan dalam aktivitas penjualan,” jelas Ronald dalam rilis yang diterima MNEWS pada Senin, (8/10/18).

Ronald berharap, program-program yang diinisiasi oleh Kokopi bisa menjadi salah satu kontribusi untuk mengembalikan kopi Indonesia menjadi nomor 1 dunia, serta meningkatkan kesejahteraan petani kopi. Kokopi mengajak semua pihak untuk bisa kerja sama, karena sudah saatnya bersama-sama membangkitkan kopi di Nusantara.