MNEWS.co.id – Sampah makanan tanpa disadari terus mengancam lingkungan hidup Indonesia. Tercatat jumlah sampah makanan terus mengalami peningkatan dan berdampak pada angka kelaparan dan kerugian finansial negara dari tahun ke tahun.
Selain berkontribusi secara tak langsung terhadap pemborosan energi, sisa makanan yang menumpuk dan membusuk di tempat pembuangan akhir (TPA) menghasilkan gas metana, yang merupakan salah satu penyebab pemanasan global.
Dilansir dari laman menlhk.go.id, gas metana yang dihasilkan sampah organik dapat mengurangi kadar oksigen pada atmosfer bumi hingga 19,5 persen sehingga menjadi salah satu pemicu pemanasan global.
Riset Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada 2021 menyimpulkan Indonesia menghasilkan sekitar 23–48 juta ton sampah makanan per tahun pada periode 2000-2019 dan tren ini terus meningkat setiap tahun.
Ditemukan juga bahwa setiap orang di Indonesia menghasilkan rata-rata sebanyak 115–184 kilogram sampah makanan per tahun. Jika dikonversi, nilai sisa makanan ini setara Rp2,1 juta per kapita per tahun.
Selain itu diproyeksikan sampah makanan membuat Indonesia mengalami kerugian sebesar Rp551 triliun setiap tahunnya, yang turut berdampak pada meningkatnya angka kelaparan di Indonesia.
Mengambil langkah nyata sebagai respon atas kondisi ini, salah satu lembaga perbankan di Tanah Air, Bank DBS Indonesia, berkolaborasi dengan organisasi pegiat lingkungan dan pelaku industri seperti Bananas, Blibli, Bukalapak, Foodbank of Indonesia (FOI), Kebun Kumara (KK), Surplus Indonesia, dan Waste4Change (W4C) turut mengukuhkan komitmen untuk bersama-sama meningkatkan kesadaran masyarakat dan mengurangi limbah makanan di Indonesia melalui program More Sustainability Actions, Less Waste.
Aksi ini diluncurkan seiring dengan semangat untuk mendukung Indonesia yang berkelanjutan dan merupakan bagian dari gerakan #MakanTanpaSisa yang telah dijalankan oleh Bank DBS Indonesia sejak tahun 2020.
Menurut data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), sampah makanan menyumbang hingga 41,1% persen dari 28,8 juta ton sampah di Indonesia. Meningkatnya jumlah sampah organik yang berasal dari sisa makanan kian meresahkan dan dapat menimbulkan masalah serius bagi ekosistem lingkungan.
Mona Monika, Head of Group Marketing Strategic & Communications, PT Bank DBS Indonesia mengatakan, DBS berupaya menciptakan dampak jangka panjang dengan mengelola bisnis dan bekerja sama dengan berbagai pihak, secara seimbang dan bertanggung jawab.
Aliansi DBS dengan pelaku industri dan organisasi pegiat lingkungan ini sejalan dengan inisiatif #MakanTanpaSisa yang diinisiasi untuk meningkatkan kesadaran akan limbah makanan.
“Kami percaya setiap pihak memainkan peran yang sama pentingnya dan memiliki visi serta misi yang serupa untuk bersama-sama mengurangi sampah makanan yang berdampak buruk bagi pemanasan global. Bekerja sama dengan mitra-mitra strategis memberikan kami harapan bahwa kami berada di jalur yang tepat untuk mengurangi dampak emisi karbon demi menuju Indonesia yang lebih berkelanjutan,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima oleh MNEWS.co.id.
Ia melanjutkan, prinsip DBS dalam menjalankan bisnis adalah menjadi bank yang berbeda, fokus untuk menjalankan bisnis dengan agenda keberlanjutan.
“Kami percaya bahwa seluruh pihak perlu mengubah cara pandang terhadap konsumsi dan produksi untuk berbuat lebih banyak, dan lebih baik, dengan membuang lebih sedikit,” pungkasnya.