Menkop UKM Puspayoga di acara Ragam Kriyanusa Jawa Timur dalam Etnik Kontemporer, Gedung Smesco, Jakarta, Rabu (28/11/18). Foto: (doc/KemenkopUKM)
Menkop UKM Puspayoga di acara Ragam Kriyanusa Jawa Timur dalam Etnik Kontemporer, Gedung Smesco, Jakarta, Rabu (28/11/18). Foto: (doc/KemenkopUKM)

Jakarta, MNEWS.co.id – Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di kawasan Madura masih menghadapi kendala-kendala dalam menjalankan roda perniagaannya. Menurut Bupati Kabupaten Sumenep, Ahmad Busyro Karim, setidaknya ada dua kendala yang dihadapi UMKM di Pamekasan dan Madura.

Kendala yang dihadapi para pelaku UMKM ini pada umumnya yaitu, kemasan (packaging) yang masih sederhana sehingga sulit untuk menembus pasar global. Dan yang kedua, masalah pemasaran yang kalah bersaing dengan perusahaan besar, akibat biaya produksi yang rata-rata lebih besar dibanding perusahaan besar untuk produk sejenis.

Namun tegas Bupati, kendala-kendala itu bukan menjadi alasan bagi Kepala Daerah untuk berhenti membina UMKM. Di Pamekasan misalnya, Bupati Busyro telah menetapkan program 1.000 wirausaha muda, dengan alokasi biaya APBD sekitar Rp 15 miliar per tahunnya, dan dilengkapi dengan inkubator. “Ide atau gagasan seperti pameran ini adalah upaya kami untuk bisa memberikan ruang bagi produk UMKM menembus pasar nasional bahkan internasional,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima MNEWS, Rabu, (28/11/18).

Menkop dan UKM Puspayoga memberikan apresiasi  kepada Bupati se-Madura (Bangkalan, Sumenep, Pamekasan, Sampang) ditambah Kab Kediri Jawa Timur, yang membawa para UMKM nya ke Jakarta dan menggelar acara “Madura Menjemput Asa Menembus Batas”, yang diadakan di Smesco Indonesia, selama dua hari pada 28-29 November 2018.

“Saya memberikan apresiasi dan mengucapkan terima kasih atas dukungan yang luar biasa dari para Bupati se Madura didukung Bupati Kediri, dalam membina dan mensupport UMKM nya agar bisa menambah daya saing sekaligus membuka akses pasar dengan menggelar acara ini,” kata Menteri Puspayoga dalam sambutannya pada acara Ragam Kriyanusa Jawa Timur dalam Etnik Kontemporer di Era Revolusi Industri 4.0, Madura Menjemput Asa Menembus Batas, di gedung Smesco Indonesia, Jakarta.

Menteri Puspayoga mengharapkan setelah inisiatif dari Bupati se Madura dan Kab Kediri ini, Smesco Indonesia akan semakin sering dipakai sebagai ajang promosi bagi UMKM seluruh Indonesia.

“Smesco Indonesia kini hadir dengan wajah baru dimana ketika kita masuk ke sini maka akan langsung melihat seluruh produk UMKM se Indonesia dari Sabang sampai Merauke, karena di lantai satu dan dua, ada produk UMKM Selindo dengan harga langsung dari pengrajin, pembeli hanya dikenai tambahan PPn saja,” katanya. Lantai satu sampai tiga juga difungsikan sebagai sarana sosial. UMKM maupun koperasi bisa menggelar acara disini tanpa dipungut biaya.

Ia melanjutkan, di Smesco Indonesia, pembeli tak hanya bisa membeli secara eceran namun dimungkinkan membeli secara grosir, karena pengelola Smesco Indonesia sudah memiliki database lengkap menyangkut pengrajin yang memasok produknya di Smesco.  

“Adanya revolusi industri 4,0, saya harap malah bisa menjadikan dorongan untuk maju, karena kita masih membutuhkan pemasaran offline, misalnya Bukalapak saja malah membuka tokonya di sini, meskipun space nya tidak terlalu luas, namun intinya offline tetap menjadi suatu kebutuhan di tengah era revolusi industri,” pungkasnya.

Sementara itu Bupati Pamekasan Baddrut Tamam selaku Inisiator acara Madura Menjemput Asa Menembus Batas mengatakan, secara umum empat Kabupaten di Madura masih tertinggal dibanding wilayah lain. Di pulau ini, ada 52.200 UMKM, 3.625  Koperasi dan 7.080 perajin batik dan total jumlah penduduk 4 juta jiwa. “Saya pikir jika  pembinaan kepada mereka dilakukan secara kontinyu, maka saya optimis Madura akan mampu mengejar ketertinggalan dibanding wilayah lain di Indonesia,” tegasnya.

Ia memberi contoh, batik Madura yang hampir semuanya merupakan batik tulis, namun masih kalah populer dibanding batik Solo maupun Jogja. “Batik Madura kualitasnya sangat bagus, namun kurang promosi. Ini yang kami harapkan ada campur tangan dari pemerintah pusat bagaimana agar batik Madura ini bisa terangkat, misalnya dalam seminggu sekali, pegawai diwajibkan memakai batik Madura,” tutupnya.