Ilustrasi Batik. Foto: (doc/ANTARA)
Ilustrasi Batik. Foto: (doc/ANTARA)

Yogyakarta, MNEWS.co.id – Diakuinya batik sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009, menuntut adanya langkah-langkah proaktif untuk melestarikan  sekaligus melakukan langkah-langkah inovasi agar batik tidak punah bahkan sebaliknya mampu berkembang secara luas dan bisa mengikuti perkembangan fesyen dunia.

“Karena itu saya memberikan apresiasi tinggi atas digelarnya Jogja Internasional Batik Biennale (JIBB) 2018 ini,” ujar Menkop dan UKM Puspayoga, usai pembukaan JIBB 2018 di Kraton Yogyakarta, Rabu (3/10/18).

Pembukaan JIBB 2018 dilakukan oleh Mendikbud Muhadjir Effendy yang mewakili Presiden RI Joko Widodo, didampingi Menkop dan UKM Puspayoga, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X, Ketua Dekranasda DIY Gusti Kanjeng Ratu Hemas, dan President World Craft Council (WCC) yang berafiliasi ke UNESCO, Ghada Hijjawi Qaddumi.

Puspayoga mengatakan, predikat Kota Batik Dunia yang disematkan WCC kepada Yogyakarta, pada 2014 juga sangat tepat, karena di Yogyakarta ini ada nilai sejarah, regenerasi, nilai ekonomi, ramah lingkungan, reputasi internasional dan tersebar luas.

“Para perajin UKM batik juga akan merasakan dampaknya dengan semakin meluasnya budaya dan pasar batik,” katanya. Di JIBB 2018 ini, tak hanya menampilkan batik Yogya, namun juga dari berbagai kota khususnya di jawa dan pesisir Jawa.

Sustainabilitas Batik

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X mengatakan, JIBB digelar ditengah arus tren fesyen dunia masa kini. Karena itu, batik dituntut melakukan inovasi juga agar tidak tertinggal dalam tren fesyen masa kini,  namun harus tetap memperhatikan keunikan, unsur tradisional dan alami, sehingga mampu menjaga sustainabilitas (keberlangsungan) batik di masa depan.

Hal senada diungkapkan Mendikbud Muhadjir Effendy. Menurut Muhadjir, batik sudah ada di Indonesia sejak Mataram kuno di abad 9 dimana batik dikenakan pada arca-arca dengan motif yang sederhana namun sarat dengan makna, misalnya batik ceplok dan kawung dengan motif binatang, tumbuhan, maupun bentuk geometris lainnya.

“JIBB 2018 ini adalah inovasi untuk  keberlangsungam batik Indonesia di masa depan. ” Karena itu saya sepakat dengan tema yang diangkat seperti yang dikatakan Sri Sultan, Innovation for Sustainable Future,” kata Muhadjir.

Batik menurut Muhadjir juga memiliki keunggulan eksklusifitas, tidak seperti produk fesyen sekarang  yang diproduksi massal. “Batik kan termasuk ekonomi kreatif, dimana salah satu ciri dari ekonomi kreatif adalah produksinya eksklusif,” tambahnya.

JIBB 2018 merupakan kegiatan berskala internasional yang dihadiri peserta dari Indonesia dan perwakilan beberapa negara sahabat. Kegiatan ini digelar dari tanggal 2-6 Oktober 2018. Berbagai kegiatan juga mewarnai event ini, meliputi pameran, simposium internasional dan nasional, workshop, heritage tour, fashion show, terakhir karnaval JIBB 2018 di Jalan Malioboro.

Ketua Panitia Pelaksana JIBB 2018, Tazbir, mengatakan selain rangkaian kegiatan tersebut juga digelar berbagai acara menarik lainnya. Seperti melaksanakan praktek membatik di Kampung Batik di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.

“Ada praktek untuk bertukar gagasan ilmu diwadahi kegiatan workshop pewarnaan alam yang akan diberikan oleh ahli pewarna alam dari Thailand dan Taiwan. Tujuannya untuk memperluas mengenai variatif warna alam,” kata Tazbir.

Diharapkan melalui berbagai acara di JIBB 2018 dapat menjadi sarana edukasi bagi masyarakat luas, serta agar Indonesia menjadi tujuan wisatawan mancanegara.