Jakarta, MNEWS.co.id – Ditjen IKMA Kemenperin berupaya menumbuhkan wirausaha baru di kalangan pondok pesantren melalui Program Wira Usaha Baru (WUB) Santri Berindustri. Salah satu implementasinya dilakukan di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Probolinggo, Jawa Timur.
Langkah strategis tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para santripreneur dalam menghadapi era industri digital serta agar mampu memanfaatkan perkembangan teknologi digital terkini. “Santri masa kini dituntut untuk tidak hanya mendalami ilmu agama tetapi juga melek terhadap perkembangan teknologi digital apalagi menghadapi era industri 4.0,” ujar Gati.
Dirjen IKMA meyakini, pondok pesantren dapat berperan strategis dalam mendukung pertumbuhan industri 4.0 di Indonesia. Pasalnya, selain dikenal menjadi tempat untuk menempa para santri yang berakhlak dan berbudi pekerti luhur, ulet, jujur, dan pekerja keras, pondok pesantren juga memiliki potensi pemberdayaan ekonomi.
“Hingga saat ini, sudah banyak pondok pesantren yang mendirikan koperasi serta mengembangkan berbagai unit bisnis. Seluruh potensi ini merupakan modal yang cukup kuat dalam menghadapi revolusi industri 4.0,” terangnya.
Guna membekali kemampuan dalam berwirausaha di kalangan pondok pesantren, Ditjen IKMA Kemenperin juga berupaya memberikan bimbingan teknis Industri Kecil dan Menengah (IKM) konveksi kepada 30 orang peserta yang berasal dari santriwati Pondok Pesantren Nurul Jadid, Probolinggo.
Ditjen IKMA Kemenperin juga memfasilitasi mesin dan peralatan WUB yaitu mesin jahit high speed, mesin obras benang, bartack, buttonhole, iron steam, mesin cutting, mesin jahit single needle cutter, mesin overdeck, button attaching, dan mesin waist band.
Program santripreneur yang digagas oleh Ditjen IKMA Kemenperin, telah dilaksanakan sejak 2013. Hingga triwulan II 2019, program ini telah membina sebanyak 32 pondok pesantren di lima provinsi. Cakupan ruang lingkup pembinaan yang dilakukan, antara lain pelatihan produksi serta bantuan mesin atau peralatan di bidang olahan pangan dan minuman (roti dan kopi).
Selain itu, perbengkelan roda dua, kerajinan boneka dan kain perca, konveksi busana muslim dan seragam, daur ulang sampah, produksi pupuk organik cair serta pendampingan SNI garam beryodium.
“Kami meyakini, para santri generasi baru akan mampu menjadi agen perubahan yang strategis dalam membangun bangsa dan perekonomian Indonesia di masa mendatang,” tandasnya.