Photo by Jatuphon Buraphon from Pexels.
Photo by Jatuphon Buraphon from Pexels.

Garut, MNEWS.co.id – UKM Pertanian asal Garut, Jawa Barat, berhasil menerapkan pola usaha terintegrasi dengan pendekatan cara bertani tepat guna. Konsep pertanian organik modern ini dikembangkan oleh Garut Green Farm.  

Kementerian Koperasi dan UKM menilai pola usaha pertanian terintegrasi yang dijalankan oleh pelaku UKM ini mampu mengoptimalkan hasil tanaman. Pola bisnis ini dinilai perlu diperkuat dengan kemitraan agar semakin berkembang. 

Deputi Restrukturisasi Usaha Kemenkop dan UKM Abdul Kadir Damanik saat melakukan kunjungan kerja ke industri pertanian UKM Garut Green Farm, Jumat (1/2/2019) mengatakan konsep pertanian terintegrasi telah mengubah pendekatan cara bertani dari pola tradisional ke pola tepat guna.

“Konsep pertanian Garut Green Farm bisa dijadikan sebagai salah satu percontohan dalam membangun pertanian terintegrasi,” ujar Damanik dilansir dari siaran pers Kementerian Koperasi dan UKM. 

Kementerian Koperasi dan UKM meninjau Garut Green Farm, Jumat, (1/2/2019). Foto: Kemenkop UKM

Garut Green Farm, adalah konsep pertanian organik modern yang dikembangkan oleh pelaku UKM Ifan Donofan asal Garut, Jawa Barat. Dia menjalankan bisnis pertaniannya secara rasional dengan pendekatan ilmu pengetahuan dan community development. 

Dalam pertanian terintegrasi berbasis green house ini, Ifan melakukan pendekatan mulai dari proses pembuatan bibit unggul, pupuk organik, penanaman, perawatan dan pengobatan. Bahkan, untuk mengoptimalkan proses penanaman di Garut Green Farm didirikan sebuah klinik pertanian.

“Dengan adanya klinik pertanian tersebut, maka berbagai penyakit yang menyerang tanaman mampu terdeteksi dan terobati,” kata Ifan.

Dalam membangun community development, Garut Green Farm menggunakan pendekatan skema syariah, yakni akad bagi hasil Mudharabah. Terkait dengan berapa jumlah nisbah bagi hasilnya, menyesuaikan dengan kesepakatan antara Garut Green Farm dan para petani.

Pola bisnis ini, kata Ifan, membuat 40 petani bergabung dalam pertanian terintegrasi yang memproduksi produk pertanian sayuran daun berupa pakcoy, lolorosa, lettuce, endip, horenso dan lain – lain. 

Ifan mengajak lebih banyak lagi petani bergabung untuk memasok hasil-hasil pertanian di pasar domestik. Dia mengakui, kebutuhan produk pertanian sangat besar dan diperlukan kemitraan dengan para petani untuk mengembangkan pertanian terintegrasi organik ini.

“Jangan sampai tanaman pangan organik hanya dikonsumsi masyarakat Eropa saja tapi juga masyarakat Indonesia,” tutup Ifan.