
Jakarta, MNEWS.co.id – Bagi Baron Basuning, cahaya menjadi sesuatu yang tidak saja memukau, tetapi menginspirasinya untuk berkarya. Baginya, tak ada batas yang menghalangi khayal terutama saat menghadapi benda figur atau sosok yang belum terdefinisikan.
Figur atau bentuk yang dilukis di kanvas bukanlah bagian dari yang ditemukan di dunia nyata. Inilah yang diupayakan seorang Baron Basuning dalam setiap karyanya. Aktivis dan jurnalis di Komunitas Erros Djarot ini telah mantap menjadi seniman sejak 20 tahun lalu. Dua belas pameran tunggalnya sudah pernah digelar, dan sebagian karyanya telah melanglang buana hingga ke Agora Gallery, New York, Amerika Serikat.
Rupanya, Baron sangat terpukau dengan beragam cahaya yang Ia temui ketika sedang melakukan perjalanan ke berbagai negara. Sebut saja saat Ia mengunjungi Taj Mahal di India, atau Al Hambra, bangunan-bangunan peninggalan kebudayaan Islam turut menyumbangkan inspirasi baginya.

Indonesia, Jakarta. Foto: Dok. GNI-Jatiari.
Baron terinspirasi dengan konsep cahaya atau nur dalam Islam. Berbeda dengan kepercayaan agama lain, dalam kepercayaan Islam, “Sang Ilahi” dinyatakan sebagai sesuatu yang Nir-Rupa, abstrak atau pun tanpa figur, namun dapat diartikan sebagai puncak dari segala cahaya.
Sebanyak 38 karya Baron itu pun akhirnya dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia, bekerja sama dengan Baron Basuning Studio. Pameran ini sekaligus juga menandai 20 tahun perjalanannya sebagai seorang seniman.
Eddy Soetriyono, kurator pameran NOOR ini mengatakan, Baron Basuning terinspirasi dari perjalanannya ke berbagai bangunan Islam yang memiliki nilai artistik yang khas. Hal ini dapat dilihat dari sebagian karyanya, seperti Noor, Pualam Kenangan, Hold the Light, Into the Light, dan masih banyak lagi.
“Di tengah rutinitas seni lukis abstrak di Indonesia, dengan eksperimen yang lebih mengejar kehebohan ketimbang kemajuan estetika, semoga Baron Basuning terus siap maju sembari tetap kreatif untuk tanpa henti membuka zona-zona baru. Sebab, bagaimanapun, dialah pelukis abstrak Indonesia masa kini yang berada di barisan terdepan (avant-garde),” ujar Eddy dalam keterangan tertulisnya kepada MNEWS di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Foto: Dok GNI-Jatiari.
Kepala Galeri Nasional, Pustanto, juga menyambut baik adanya pameran karya-karya interpretasi cahaya dari Baron ini. Menurutnya, Baron memiliki banyak kisah dan pengalaman menarik dalam proses berkarya. Baron merupakan sosok yang bereksplorasi tanpa batas.
Baron, lanjut Pustanto, telah mengunjungi banyak tempat di berbagai negara hingga ke Kutub Utara dan Selatan. Ditambah profesinya sebagai aktivis dan jurnalis sebelum memilih menjadi seniman secara total, yang membuat Baron berbeda dari seniman lainnya.
“Sosok dan latar belakang Baron ini tak hanya menjadi bumbu, namun justru menguatkan ‘rasa’ dalam setiap karyanya. Maka pameran tunggal Baron Basuning kali ini layak untuk ditunggu kejutannya,” pungkas Pustanto.
Pameran NOOR tengah dipamerkan di Gedung A Galeri Nasional Indonesia sejak 9 Januari hingga 8 Februari 2019 mendatang. Melalui pameran ini, pengunjung bisa melihat aneka rupa yang berbeda dari cahaya yang tertangkap lewat mata seorang seniman lukisan abstrak Baron Basuning.