Photo by rawpixel.com from Pexels.
Photo by rawpixel.com from Pexels.

Jakarta, MNEWS.co.id – Bagi pebisnis yang akan terjun ke dunia industri kendaraan bermotor, penting untuk mengetahui hal-hal terkait iklim penjualan, serta bagaimana kesiapan tenaga kerja industrinya. Hal ini disampaikan oleh Wartam Radjid dari Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM).

Lelaki kelahiran Cirebon, 25 Agustus 1951 ini mengatakan, dari segi regulasi negara sebenarnya sudah membuat beberapa kebijakan yang mengatur agar iklim penjualan dan tenaga kerja industri KBM (kendaraan bermotor) semakin berkembang. Contohnya sejak diterapkan Kepres No.45 tahun 1972.

Namun, adanya kendala dalam masalah kebijakan CKD (Completely Knocked Down), lokalisasi, dan peraturan yang membidangi mobil nasional asal Korea (KIA) semakin memperpendek rentang industri otomotif dalam negeri sendiri. Selain itu, ada pula pola IKD (Incompletely Knocked Down) yakni mengurangi komponen otomotif dalam negeri agar produksinya bisa berjalan dengan baik.

“Kita dikatakan bisa mempunyai pabrik mobil, kalau 4 komponennya bisa dibuat di dalam negeri,” ujar Wartam Radjid dalam acara Seminar Nasional Reformation: Reach Entrepreneur for Massive Industry 4.0, di auditorium lantai 4 Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, pada Selasa (30/7/2019).

Wartam Radjid dari Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM). Foto: MNEWS.

Saat ini, tegasnya, sudah ada Permenperin No. 123 tahun 2009 yang turut mendorong lajunya iklim penjualan KBM dan juga kesiapan industri KBM. Targetnya hingga 2025 nanti, bisa ekspor 1 juta unit mobil, dan memproduksi 4,17 juta mobil dan 7,57 motor. Tentunya, diperlukan kiat-kiat tertentu agar bisa memenuhi target jangka panjang tersebut.

Wartam Radjid juga menyebutkan, adanya idle capacity yang sering terjadi. Misalnya, kapasitas pabrik sesungguhnya bisa mencapai 2.2 juta, tapi produksinya baru 1.1 juta. Hal ini antara lain disebabkan karena Indonesia sangat bergantung pada pendapatan per kapita yang masih 3000 USD/tahun, sehingga daya beli masyarakat cenderung rendah.

Wuling, merek mobil asal Tiongkok bisa menjadi contoh bagus. Sebagai pendatang baru, produksi dan penjualannya langsung meningkat, kenapa? Masih perlu dipelajari bagaimana harga mobil jika dijual kembali, lalu perhatikan aspek-aspek after salesnya, apakah spare part-nya mudah dicari, bagaimana dengan pelayanan yang diberikan, dan sebagainya.

“Kalau di luar negeri 100 mobil per 1000 orang. Kita masih banyak butuh kendaraan bermotor, khususnya roda 4. Contohnya di Malaysia, sudah 120 mobil untuk 1000 orang. Berarti kan PDB kita masih rendah,” pungkasnya.