Ilustrasi. (Foto: unsplash/jessica loaiza)

MNEWS.co.id – Potensi bisnis kakao atau cokelat semakin menggeliat di Tanah Air. Pasalnya, kapasitas sektor bisnis pengolahan kakao Indonesia cukup besar mencakup tiga jenis industri.

Data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebutkan, saat ini di Indonesia terdapat 11 industri pengolahan kakao intermediate dengan kapasitas sebesar 739.250 ton per tahun, 900 industri pengolahan cokelat dengan kapasitas 462.126 ton per tahun, dan 31 artisan cokelat/bean to bar dengan kapasitas 1.242 ton per tahun.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika mengatakan, produk cokelat yang diekspor berdasarkan volume sebesar 319.431 ton atau sekitar 85% dari total produksi nasional dengan 96 negara tujuan, di antaranya Amerika Serikat, India, China, Estonia, dan Malaysia. 

“Dari sisi industri pengolahan cokelat, Indonesia berada di nomor tiga dunia, setelah Belanda dan Pantai Gading,” ujar Putu dalam keterangan resmi yang dikutip, Kamis (26/1/2023). 

Pada 2021, nilai ekspor produk kakao Indonesia menyumbang angka devisa yang cukup besar, di antaranya industri intermediate seperti cocoa liquor, cocoa butter, cocoa cake, dan cocoa powder yang menembus USD 1,08 miliar. 

Pengembangan produk cokelat artisan atau bean to bar termasuk salah satu lini industri yang digiatkan Kemenperin, salah satunya dengan peningkatan hilirisasi dan nilai tambah produk melalui diversifikasi produk serta pengembangan fine flavour cocoa berdasarkan indikasi geografis.

Dari sisi ekonomis, bahan baku cokelat artisan merupakan biji kakao premium yang terfermentasi dengan baik dibanderol harga senilai Rp50.000,- per kg atau 43% lebih tinggi nilainya dari biji kakao yang dibeli oleh industri. 

“Tentunya hal ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani kakao dan keberlangsungan kakao di Indonesia,” imbuh Putu.

 Lebih lanjut, pangsa pasar cokelat artisan baru mengisi sekitar 2% konsumsi cokelat dalam negeri yang masih didominasi cokelat industrial dan confectionary. Padahal, cokelat artisan berpotensi mengisi pangsa sampai dengan 10% di Indonesia.