Festival Kreatif Lokal Diharapkan Dorong Kebangkitan UMKM Ekonomi Kreatif
Ilustrasi pelaku usaha sektor ekonomi kreatif.

MNEWS.co.id – Pandemi COVID-19 telah memberikan dampak ekonomi yang signifikan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Sektor ekonomi tradisional, seperti manufaktur dan perusahaan besar, merasakan goncangan ekonomi yang kuat. Namun, ada sektor yang terbukti lebih tahan terhadap badai pandemi ini, yaitu sektor ekonomi kreatif.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengungkapkan bahwa pertumbuhan tenaga kerja sektor ekonomi kreatif lebih cepat pulih dari pandemi dibandingkan rata-rata pertumbuhan tenaga kerja sektor lain secara nasional. 

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), yang diolah Kemenparekraf/Baparekraf, disebutkan pertumbuhan ekonomi kreatif pada 2019 yakni sebesar 3,9 persen, kemudian pada 2020 menurun karena terdampak COVID-19 yaitu -0,5 persen. Kemudian naik kembali menjadi 2,9 persen pada 2021, lalu pada 2022 naik menjadi 9,49 persen. 

Persentase tersebut lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan tenaga kerja nasional, yaitu pada 2019 dengan persentase 2,0 persen, lalu pada 2020 menurun yakni -0,2 persen karena dampak COVID-19. Dan pada 2021 meningkat dengan persentase 2,0 persen, lalu pada 2022 naik dengan persentase 3,2 persen.

“Program penciptaan dan perluasan tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif dapat dikatakan berhasil. Hal ini dilihat dari terus bertumbuh di tahun 2022. Ketika pertumbuhan tenaga kerja nasional hanya 3,2 persen, pertumbuhan tenaga kerja ekonomi kreatif 9,49 persen, masih di atas 5 persen,” kata Menparekraf dalam keterangannya, di Jakarta, Jumat (13/10/2023). 

Ekonomi kreatif juga terbukti berperan besar terhadap ekonomi nasional, di tahun 2022 kontribusinya terhadap PDB nasional mencapai Rp1280 triliun. Kontribusi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif pada nasional pun pada 2022 mencapai 17,7 persen.

Menparekraf menjelaskan tenaga kerja ekonomi kreatif lebih cepat pulih dibandingkan rata-rata tenaga kerja di sektor lain secara nasional karena sektor ekonomi kreatif yang dianggap lebih inklusif dan mudah dimasuki oleh pelaku usaha baru. 

Sehingga sektor ekonomi kreatif ini berpotensi untuk menjadi roda penggerak bagi penyerapan tenaga kerja maupun lapangan usaha baru dengan membuka peluang besar bagi siapapun yang terjun ke dalamnya. 

Laporan menunjukkan sektor ini lebih bisa merekrut tenaga kerja pendidikan SMA ke bawah. Tercatat, 54,0 persen tenaga kerja ekonomi kerja kreatif lulusan SLTA, lalu 38,8 persen lulusan SMA, dan 7,2 persen lulusan diploma ke atas. 

Jika ditinjau berdasarkan jenis kelamin, sektor ini juga lebih banyak mempekerjakan perempuan, yakni sebanyak 58 persen dan 42 persen di antaranya laki-laki. 

“Kaum perempuan memegang peran strategis dalam pengembangan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia,” kata Menparekraf. 

Lebih lanjut, Menparekraf menjelaskan 94,4 persen tenaga kerja ekonomi kreatif ini tersebar di tiga subsektor, yakni kuliner, kriya, dan fesyen, yang di mana subsektor ini pun mengalami pemulihan tercepat di tahun 2021.