Pekerja menyelesaikan pengerjaan lintasan jelang pelaksanaan PON Papua XX di stadion Katalpal, Kabupaten Merauke, Papua. (Foto: M Agung Rajasa)

Jakarta, MNEWS.co.id – Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Gatot S. Dewa Broto, mengungkapkan bahwa Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua telah menyerap 27 ribu tenaga kerja. Kemudian menariknya, jumlah tersebut sudah lebih besar dari Asian Games.

“Tenaga kerja tidak hanya di venue tapi juga panpel dan sebagainya, hampir sekitar 27.000 orang sudah, sedang dan akan terlibat pada saat PON,” kata Gatot.

Gatot menjelaskan PON Papua akan melibatkan 13 ribu atlet dan ofisial. Kemudian tanpa bermaksud diskriminasi, terdapat 25 ribu relawan yang diutamakan berasal dari warga asli Papua. Dalam penyelenggaraan PON, panitia juga menerapkan sistem semi-buble yang bakal membatasi pergerakan para atlet.

“Semi-buble itu pergi dari wisma atlet, kemudian langsung stadion. Jadi, paling banter kalau mereka pergi ke tempat mamak-mamak jualan, UMKM yang ada, agar memanfaatkan penjualan marchendise dengan baik,” ujarnya.

Sistem gelembung juga membuat para atlet tidak dapat mengunjungi tempat pariwisata guna menghindari munculnya klaster baru Covid-19. Namun, pembatasan itu tidak berlaku untuk jurnalis, masyarakat, dan panitia.

Selain diharapkan mencapai sukses ekonomi, PON Papua juga bertujuan meningkatkan prestasi dengan kemunculan rekor nasional, rekor Asia dan bahkan rekor dunia. Pada PON Jawa Barat 2016 misalnya, terdapat empat rekor dunia yang berhasil dicetak para atlet.

“Di negara manapun ada yang namanya PON yaitu national sports game, dan biasa IOC melihat seberapa jauh pemecahan rekor dunia itu terjadi. Makanya kami juga mengundang pihak perwakilan dari asing, dari federasi sport internasional karena kalau mereka tiak hadir tingkat akurasi di level dunia tidak sah,” tambah Gatot.

Sementara itu, untuk kedatangan para atlet ke Papua, panitia penyelenggara PON bakal meniru langkah Olimpiade Tokyo yang tidak memperbolehkan rombongan kontingen datang semua secara langsung untuk menghindari kerumunan besar.

“Jadi ada hitungannya, H-2 itu mereka mulai datang, H+2 seusai pertandingan. Enggak usah jadi suporter kontingen sesama daerah dan harus out dari Papua. Ini bagian untuk mengurangi pandemi Covid-19,” pungkasnya.