Plepah merupakan produk hasil olahan limbah pondok pinang sebagai pendapatan ekonomi alternatif untuk masyarakat Sumatera Selatan dan Jambi.(Foto: Antara)

Jakarta, MNEWS.co.id – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memperkenalkan produk kreatif kemasan makanan berbahan dasar pelepah pinang yang disebut Plépah.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno didampingi Staf Ahli Bidang Inovasi dan Kreativitas Josua Puji Mulia Simanjuntak, bersama Perwakilan Tim Plépah Rengkuh Banyu Mahandaru menampilkan produk yang diharap bisa jadi solusi isu global yakni sampah.

Plépah digagas Community Driven Innovation yang tergerak karena dunia menghadapi masalah sampah, di mana sampah terbanyak adalah sampah styrofoam.

“Teman-teman Footlose Community Driven Innovation sudah menerapkan adaptasi, kolaborasi, dan inovasi. Adaptasi dengan isu-isu lingkungan, kolaborasi dengan Pemerintah Musi Banyuasin, serta masyarakat lokal dan inovasi yang menghadirkan solusi,” kata Sandiaga dikutip dari siaran pers Kemenparekraf.

Dari riset di 18 kota, kontribusi sampah styrofoam sebesar 0,27–0,59 ton ke laut di Indonesia. Hal ini mengkhawatirkan bagi biota-biota laut. Oleh karena itu, solusi yang diciptakan adalah menghadirkan kemasan makanan dari bahan alami, seperti pelepah pinang.

Bahan dasar tersebut banyak ditemukan di perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet. Selain itu, produk kreatif ini juga membuka lapangan kerja yang luas bagi masyarakat setempat.

Produk ini dikembangkan karena keprihatinan terhadap limbah organik yang dianggap sampah, kemudian tidak bisa diolah. Oleh karena itu, sampah organik seperti pelepah pinang dikembangkan menjadi produk bernilai ekonomi melalui peran pemberdayaan masyarakat. Produk ini terdiri dari piring sekali pakai ramah lingkungan, juga kotak makan kemasan.

Tidak hanya itu, produk tersebut adalah hasil olahan limbah pondok pinang sebagai pendapatan ekonomi alternatif untuk masyarakat Sumatera Selatan dan Jambi. Baik piring maupun kemasan makanan ini disebut kokoh, tahan air, tahan panas hingga 200 derajat Celcius hingga bisa masuk oven dan microwave serta bisa terurai di tanah dalam 60 hari.