Ilustrasi

Sidoarjo, MNEWS.co.id – Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di berbagai desa di Kabupaten Sidoarjo didorong untuk memaksimalkan strategi pemasaran digital.

Ahmad Muhdlor Ali, CEO Sido Resik, gerakan sosial yang digerakkan anak-anak muda di Sidoarjo, mengatakan, digital marketing adalah solusi mempercepat dan memperluas sasaran penjualan produk UMKM.

“Dengan memaksimalkan instrumen teknologi, UMKM enggak perlu modal besar membangun lapak, karena sudah tersedia secara digital. Jangkauannya juga lintas provinsi dan negara. Maka ini harus dioptimalkan,” ujar Muhdlor, Selasa (28/1/2020).

Muhdlor menjelaskan, jangan sampai para pelaku UMKM di daerah, termasuk Sidoarjo, tidak bisa memanfaatkan booming belanja online yang telah dinikmati oleh para pelaku usaha di kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya.

Mengutip data Bank Indonesia (BI), lanjut Muhdlor, transaksi e-commerce di Indonesia bisa mencapai hingga Rp13 triliun per bulan. Beberapa produk favorit yang diburu konsumen mulai dari fashion, kosmetik, perlengkapan olahraga, hingga makanan-minuman.

“Tapi kalau saya lihat-lihat, banyak sekali produk impor yang dijual di berbagai marketplace Indonesia. Jadi pasar Indonesia yang besar ini banyak dijadikan sasaran oleh barang dari luar negeri. Padahal, potensi UMKM kita tidak kalah, termasuk Sidoarjo ini,” ujar Gus Muhdlor, sapaan akrabnya.

Oleh karena itu, dia bakal menggerakkan berbagai komunitas anak muda dan komunitas pengusaha di Sidoarjo untuk lebih mengoptimalkan strategi pemasaran digital. Muhdlor pun telah mengunjungi berbagai rumah produksi UMKM di Sidoarjo.

Muhdlor menyebut, ada dua model pemberdayaan UMKM Sidoarjo ke depan. Pertama, pemberdayaan ekonomi, terkait kemudahan mengakses permodalan. Kedua, pemberdayaan non-ekonomi, terkait masalah manajemen, mulai pemasaran digital, distribusi, produksi, penguasaan teknologi, dan sebagainya.

“Banyak UMKM Sidoarjo yang produknya sangat bagus, namun belum memiliki metode pemasaran memadai, sehingga ekspansinya terbatas. Banyak pula UMKM yang produknya standar ekspor, namun tidak tahu mekanisme mengirim produk ke luar negeri. Ini pekerjaan rumah ke depan,” ujar Muhdlor yang juga direktur pendidikan Sekolah Progresif Bumi Sholawat tersebut.

Salah satu UMKM Sidoarjo yang potensial adalah usaha kerupuk, petis, sate kerang, dan olahan kupang di Desa Balongdowo, Kecamatan Candi. Di sana ada UMKM Kupang Jaya yang memproduksi kupang krispi berbagai varian rasa. Kupang (Corbula faba) adalah hewan laut semacam kerang berbentuk kecil. Di Sidoarjo, ada makanan khas lontong kupang yang sangat digemari.

“Inovasinya luar biasa. Kupang diolah sehingga menjadi camilan yang praktis untuk dikirim ke mana pun, dan dinikmati dalam berbagai suasana,” ujar Muhdlor.

Namun, Muhdlor mencatat, UMKM tersebut masih terkendala permodalan dan promosi, sehingga memengaruhi produksi yang dihasilkan.

“Omzetnya masih 160 bungkus per bulan. Padahal, jika disentuh dengan teknologi terapan tepat guna dan pemasaran digital, potensi melipatgandakan omset sangat terbuka. Hal-hal seperti ini yang ke depan kita bantu dan gerakkan bersama,” pungkasnya.