Kegiatan Public Speaking Speak Project. (Foto: Speak Project)

Jakarta, MNEWS.co.id – Tampil atau berbicara di khalayak publik sering menjadi mimpi buruk bagi beberapa kalangan. Munculnya rasa malu, gugup, keringat dingin, hingga diam seribu bahasa ketika harus berbicara di depan banyak orang menjadi suatu hal yang tidak bisa dihindari keberadaannya.

Memiliki passion yang tidak jauh dari dunia public speaking, Sandika Dewi Rosalini memanfaatkan peluang tersebut untuk membangun usaha di bidang jasa pendidikan melalui brand-nya Speak Project.

Usaha ini dibangun karena Sandika ingin berkontribusi lebih dalam mengembangkan skill ilmu komunikasi yang dimilikinya, serta membantu orang-orang yang tidak pede (percaya diri .red) untuk berbicara di depan umum.

Menurutnya, kendala tersebut muncul disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah lingkungan yang tidak mendukung dan tentunya dapat menghambat seseorang untuk berkembang.

Speak Project memiliki beberapa kelas yang dilakukan secara offline dan online dengan menggunakan metode 70 persen praktik tatap muka. Selain itu, Ia juga memanfaatkan pengembangan alumni melalui grup komunitas Alumni Speak Project.

Untuk materi pengajaran, Sandika memproduksi berupa elektronik modul (E-modul) dengan melibatkan para mentor yang berkualitas di bidangnya. Berbagai pelatihan yang dihadirkan oleh Speak Project yaitu Master of Ceremony (MC), public speaking dan relation, kelas jurnalistik, kelas marketing, broadcasting, dan digital marketing.

Sesi Pelatihan Speak Project. (Foto: Speak Project)

Tidak hanya itu, usaha yang dibangun sejak 2016 ini juga memiliki program Speak Disability Academy yang bertujuan untuk memberdayakan teman-teman disabilitas melalui berbagai program pelatihan yang dihadirkan. Melalui tagline #PerkayaSkill #BicaraMakinPede, Speak Project berusaha menyemangati teman-teman disabilitas untuk terus berkembang lebih baik lagi.

Sandika menceritakan pada awal masa pandemi, usahanya sempat terkena dampak yang cukup signifikan karena proses pelatihan yang biasanya juga dilakukan secara offline. Selain itu, semenjak diberlakukan PSBB dan penerapan social distancing, Ia pun harus membatalkan rencana kerja sama in house training office to office yang dilakukan dengan beberapa perusahaan.

Akhirnya, Sandika pun mengalihkan semua kegiatannya dengan memperbanyak kelas online dan menerapkan sistem affiliate marketing. Ia mengakui melalui kelas online, hingga saat ini pihaknya dapat memperluas pasar hingga ke Pulau Papua.

Strategi pemasaran online lain yang dilakukan yaitu menggunakan Instagram Ads, WhatsApp Business, B2B marketing, digital platform seperti evenbrite serta menyasar pemasaran melalui loket.com dan Tokopedia.

Tidak hanya memanfaatkan strategi online, Sandika juga memanfaatkan sistem kolaborasi dengan melakukan sinergi dengan sesame pelaku usaha dan tergabung dengan komunitas. Saat ini, Speak Project bekerja sama dengan salah satu aplikasi pendidikan yang menghadirkan kelas e-learning dengan berbagai jenis pilihan kursus serta tarif harga yang terjangkau.

Sandika menambahkan jika sejak bulan Mei 2020, Speak Project juga tergabung sebagai salah satu Mitra Lembaga Pelatihan pada Program Kartu Prakerja. Melalui kolaborasi dengan Kartu Prakerja terbukti dapat membantu perkembangan usaha untuk tetap pulih dan normal seperti sebelumnya.

Ke depannya, Sandika ingin mengembangkan Speak Project dengan membangun ekosistem digital yang dapat memperluas pasar di beberapa daerah serta mengembangkan bisnis ranah konsultan komunikasi dan jasa talent management khusus MC. Harapan tersebut ingin Ia wujudkan agar dapat memberikan dampak positif serta  membuka lapangan pekerjaan kepada orang lain melalui teknologi digital.