Jakarta, MNEWS.co.id – Bisnis fesyen dan dan kriya merupakan bidang usaha yang identik dengan insting, ketekunan, dan kreativitas seni yang tinggi, sehingga hasil karyanya dapat diproses secara cermat, jeli, dan teliti.
Dalam usaha ini juga dituntut pergerakan yang dinamis dengan tingkat inovasi yang tinggi untuk dapat menciptakan peluang pasar yang up to date dalam rangka memenuhi selera dan tren permintaan kebutuhan pasar.
Salah satu pelaku usaha yang menekuni usaha bidang fesyen dan dan kriya adalah Sarah Widjanarko dengan merek Anya Design. Usaha yang digelutinya sejak 2016 ini merupakan hobinya dalam menekuni desain dan kerajinan tangan.
Sarah mengatakan bisnis tersebut berawal saat ada orderan dari luar negeri yakni Washington, D.C., Amerika Serikat melalui butiknya yang terletak di Bali. Pesanan tersebut berupa tas tenun khas Bali dengan model menggunakan kaca-kaca khas India sebanyak 600 buah pada tahun 2001. Namun Ia pun harus menutup usaha tersebut di tahun 2006 karena adanya kejadian bom di Bali. Hingga akhirnya pada April 2016, Sarah membangun bisnis fesyen dan kriya dengan memiliki toko di Kota Kasablanka hingga saat ini.
Menurutnya, usaha bidang industri fesyen dan kriya bukanlah suatu hal yang gampang untuk dijalani. Namun hal tersebut menjadi tantangan baginya untuk mampu membuat produk fesyen dan kriya dengan menggunakan bahan tradisional lokal namun memiliki ciri khas yang menarik. Beberapa produk yang Sarah produksi mulai dari tas, sepatu, kalung, anting, hingga bros.
Langkah lain yang Sarah lakukan adalah membuat konsep yang berbeda dari produk fesyen dan kriya yang dikelolanya. Tujuannya yaitu untuk membedakan ciri khas produk yang dihasilkan dengan produk sejenisnya. Salah satunya adalah produk tas yang menggunakan kain batik tradisional khas daerah. Harapannya yakni agar konsep yang Ia ciptakan dapat menjadi karya yang diminati oleh pelanggan.
Sarah menambahkan sebelum adanya pandemi, Ia memiliki empat karyawan yang mampu memproduksi 200-500 pesanan setiap minggu. Namun di tengah masa pandemi saat ini, Ia mengalami penurunan yang cukup signifikan hingga harus menutup beberapa tokonya.
Selama bertahan di masa pandemi, Sarah mengakui mengalami kesulitan untuk mempromosikan usahanya secara online. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan semangatnya untuk mengembangkan usahanya. Saat ini, Sarah berusaha mempromosikan produknya melalui Instagram dan WhatsApp serta berjualan secara offline dengan menawarkan secara langsung ke konsumen.
Kegigihan dan keyakinan menjadi modal utama Sarah untuk tetap bertahan dan mengembangkan usahanya di tengah pandemi. Ia berharap ke depannya usaha miliknya dapat berkembang lebih maju dan dikenal oleh masyarakat luas.