
Solo, MNEWS.co.id – Banyak pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Kota Solo yang memiliki produk unik berupaya untuk naik kelas. Mereka membutuhkan dukungan promosi agar memiliki target pasar yang semakin jelas.
Produk unik UMKM di Kota Solo ini antara lain kerajinan dari serat alam, enceng gondok, pelepah pisang, rotan, koran bekas, kain, home dekorasi. Produk mereka tidak banyak dijual di pasaran. “Ada sekitar 15 UMKM yang memiliki produk unik, dalam sepekan ini kami pamerkan agar dikenal masyarakat,” kata Andri Dwiyanto, perwakilan UMKM Solo Raya saat launching pameran UMKM produk unik naik kelas di Warung Djadjan, Jalan Honggowongso, Solo, Kamis (5/3/2020).
Melalui pameran, harapannya produk semakin dikenal luas dan berujung penjualan. Pihaknya akan berupaya menggandeng UMKM UMKM lainnya agar semakin banyak yang dapat dikenalkan kepada publik. Rata rata para UMKM baru berusia di bawah lima tahun. Karena produk yang dibuat rata rata merupakan buatan tangan, salah satu kesulitannya adalah tidak produksi banyak.
Sehingga ketika ada permintaan banyak, mereka belum bisa menyanggupi. Bahkan, ada UMKM difabel yang hanya mampu menghasilkan satu produk dalam satu bulan mengingat proses pembuatannya lama. UMKM dengan produk ini berupaya percaya diri dan bangkit. “Percaya diri dengan produknya sendiri pun harus diangkat agar bisa terus berjalan,” tandasnya.
Kendala lainnya adalah pemasaran karena target pasarnya tertentu. UMKM dengan produk unik ini membutuhkan promosi yang bentuknya menceritakan proses pembuatan dan bukan sekedar bentuk akhir. Penyelesaian produk terkadang juga terpengaruh dengan cuaca karena menyangkut finishing. Satu produk tidak bisa diselesaikan oleh satu orang perajin saja. “satu produk bisa dibuat oleh beberapa perajin,” katanya.
Kristanti Nareswari, salah satu perajin anyaman kertas mengatakan, tehnik dasar kerajinannya adalah membuat tempat pensil. Namun setelah bisa tehnik dasarnya, bisa dikreasikan menjadi tas, sandal, aksesories dan lainnya. Usaha yang dirintisnya baru berjalan sekitar dua tahun. “Selama ini baru dipasarkan di Solo, dan luar kota,” ungkap Kristanti.
Produk biasanya dibuat berdasarkan pesanan dari konsumen. Saat ini, sudah ada beberapa orang yang membantu untuk proses produksinya. Kendala pemasaran yang dihadapi antara lain persoalan kepercayaan dari konsumen terhadap produk yang dibuat. “Ada yang meragukan, masak produk tas dari koran tidak rusak kalau kehujanan,” terang.
Sehingga dirinya membutuhkan promosi yang dapat menerangkan proses produksi yang berjalan dari awal hingga akhir. Sehingga, mereka percaya bahwa produk yang dihasilkan kuat meski kehujanan. Sebab dalam produksi, ada proses penyelesaian yang membuat produknya tahan meski kena hujan.