Ilustrasi Pelaku UKM. (Foto: Jawa Pos)

Jakarta, MNEWS.co.id – Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) menjadi sektor usaha yang merasakan dampak cukup dalam dari pandemi virus corona (Covid-19). Dalam menghadapi masa new normal, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, pihaknya telah menyiapkan strategi guna mendorong UMKM dan koperasi bangkit pasca wabah Covid-19 nanti.

Teten menyebut ada lima kebijakan yang akan dilakukan dalam tiga fase. Pertama, fase survival. Di Fase ini Kementerian Koperasi dan UKM akan membantu UMKM dan koperasi yang terdampak pandemi Covid-19 agar dapat bertahan.

“Kita tahu konsumsi turun, industri juga, dan lainnya sehingga banyak UMKM yang kesulitan buat membayar pinjaman mereka. Nah ada restrukturisasi bagi kredit mereka, cicilan bisa ditunda enam bulan, bunga kita subisidi. Ini kita harapkan bisa membantu cash flow UMKM,” kata Teten.

Tidak hanya itu, akan ada pemodalan baru yang mudah dan ringan bagi UMKM dan koperasi. Tahap kedua, fase recovery, yang nantinya akan diidentifikasi sektor mana saja dan daerah mana saja yang sudah dapat dilakukan reaktivasi. Tentunya juga menunggu kebijakan dari Kementerian Kesehatan dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, serta kesiapan pelaku UMKM untuk menerapkan protokol kesehatan.

Fase ketiga, meningkatkan kemampuan UMKM untuk dapat berkembang, salah satunya melalui digitalisasi UMKM. Teten menyebut dari data Bank Indonesia (BI) ada kenaikan penjualan online 18% selama pandemi ini.

Namun sayangnya, Teten mengungkapkan, baru ada 13% atau sekitar 8 juta UMKM yang sudah terhubung dengan marketplace digital. Teten menambahkan sebenarnya momen saat ini dapat dikatakan tepat untuk mempercepat UMKM go digital.

“Momentum sekarang jadi percepatan UMKM ke digital, nah penting edukasi lalu inkubasi bagi mereka agar terhubung dengan ekosistem digital. Kami juga akan menghubungkan dengan market di luar juga,” ungkapnya.

Ia menambahkan pentingnya UMKM untuk masuk ke ranah digital. Terutama bagi kemudahan UMKM untuk mengakses pembiayaan melalui perbankan atau lembaga pembiayaan. Keluhan dari UMKM selama ini ialah sulitnya mengakses pembiayaan yang memerlukan agunan.

Ke depannya, Teten menyebut ada rencana pemerintah, yakni nantinya UMKM yang sudah digitalisasi maka record digital dari kesehatan keuangannya dapat menjadi bahan pertimbangan dari lembaga pembiayaan.

Bankable akan lebih cepat untuk bisa dapat pembiayaan. Digitalisasi akan terus kita dorong biar bisa semakin baik terhubung dengan pembiayaan agar mereka bisa kembangkan bisnisnya,” kata Teten.