Ilustrasi Produk UMKM. (Foto: MNEWS)

Jakarta, MNEWS.co.id – Kementeriaan Koordinator Bidang Perekonomian menjelaskan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi salah satu yang paling terdampak pandemi Covid-19. Penurunan penjualan dirasakan hampir seluruh UMKM di Indonesia.

Hal tersebut berdasarkan survei yang dilakukan Asosiasi Business Development Services Indonesia (ABDSI) terhadap 6.000 UMKM yang tersebar di seluruh Indonesia. Survei dilakukan pada April-Mei 2020.

“Pemerintah sadar bahwa UMKM ini memang sudah sangat terkena dampak Covid-19,” ujar Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian, Iskandar Simorangkir.

Iskandar menjelaskan, berdasarkan survei sebanyak 36,7 persen UMKM tidak ada penjualan akibat pandemi. Lalu sebanyak 26,6 persen UMKM penjualannya turun lebih dari 60 persen. Kemudian 15 persen UMKM mengaku penjualannya turun berkisar 31-60 persen. Serta 14,2 persen UMKM penjualannya turun 10-30 persen. Di sisi lain, 4,5 persen UMKM mengalami mengalami penjualan yang stabil ditengah pandemi. Hanya 3,6 persen UMKM yang mengalami peningkatan penjualan.

“Memang di tengah penurunan (penjualan) ada sedikit yang naik, tapi bila dibandingkan dengan yang turun, itu banyak sekali UMKM yang turun (penjualannya),” ungkapnya.

Ia menambahkan umumnya peningkatan penjualan dirasakan oleh pelaku UMKM yang memproduksi alat kesehatan, seperti masker dan alat pelindung diri (APD). Lantaran, semasa pandemi permintaan alat kesehatan sangat meningkat

Survei tersebut menunjukkan sebagian besar UMKM atau sebanyak 92,6 persen mengalami kendala pada pembayaran kredit atau pinjaman. Bahkan 26,6 persen UMKM tidak dapat membayar pinjaman. Oleh sebab itu, kata Iskandar, pemerintah mengeluarkan beragam kebijakan untuk menghidupkan kembali UMKM, salah satunya melalui subisidi bunga kredit usaha rakyat ( KUR).

Pemerintah memberikan tambahan subsidi KUR selama 6 bulan dan paling lama sampai dengan 31 Desember 2020. Tambahan subsidi tersebut yakni sebesar 6 persen selama 3 bulan pertama dan 3 persen selama 3 bulan kedua. “Pemerintah sangat fokus pada UMKM, karena kontribusnya UMKM memang sangat besar pada perekonomian dalam negeri,” kata Iskandar.