Ilustrasi tahu. (Foto: Fauzan)

Jakarta, MNEWS.co.id –  Kementerian Perdagangan (Kemendag) memperkirakan lonjakan harga kedelai di pasar internasional masih akan terus berdampak terhadap harga tahu tempe. Utamanya dari Australia selaku eksportir kedelai terbesar ke Indonesia.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Oke Nurwan mengatakan, menurut analisa pihaknya sebelum terjadi perang Ukraina dan Rusia, harga kedelai diperkirakan terjadi penurunan mulai Juni 2022.

“Mudah-mudahan tidak terpengaruh perang ini. Tapi kita pastikan sampai puasa dan lebaran itu masih terlihat indeksnya akan terjadi kenaikan,” kata Oke.

Oleh karenanya, pemerintah telah melobi eksportir kedelai dari Australia agar stok dalam negeri terjamin ketersediaannya. Di sisi lain, masyarakat pun turut dilakukan edukasi dan sosialisasi soal penyesuaian harga tahu tempe.

“Bahwa akan terjadi penyesuaian harga pada harga kedelai Rp11.300,- di tingkat pengrajin. Kemungkinan bisa sampai ke Rp12.000,- per kg di tingkat pengrajin,” tambah Oke.

Oke menyampaikan, harga kedelai sempat berada di posisi Rp7.000,- per kg awal 2021 lalu. Namun kini, standar harga pemerintah yang diharapkan di tingkat petani berada di posisi Rp9.000,- hingga Rp10.000,- per kg. Realitanya, harga kedelai di tingkat pengrajin sudah menyentuh Rp11.300,- per kg.

“Artinya, tempenya itu kurang lebih harganya Rp10.300,- per kg. Tahu kurang lebih Rp650,- per potongnya, dilepas oleh pengrajin. Kalau nanti itu sudah menyentuh Rp11.300,- diperkirakan itu akan terjadi penyesuaian,” ungkapnya.

Oke lantas meminta pengertian masyarakat soal proyeksi kenaikan harga ini. Meski begitu, pemerintah berkomitmen untuk mengamankan stok kedelai untuk produksi tempe tahu sampai akhir tahun ini.

“Kita sudah pastikan kepada importir untuk tetap menyediakan sebanyak 240 ribu ton per bulan. Kita jamin sampai akhir tahun aman. Jadi sepanjang tahun kita pastikan ketersediaan itu,” pungkasnya.