Bahlil Lahadalia, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). (Foto: Erlangga Djumena)
Bahlil Lahadalia, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). (Foto: Erlangga Djumena)

Jakarta, MNEWS.co.id – Mendorong pengembangan dan peningkatan usaha mikro kecil menengah (UMKM) perlu terus dilakukan di tengah melemahnya perekonomian global. Sektor ini masih memegang peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
 
“Bahwa tidak mungkin pertumbuhan ekonomi kita akan stabil di angka lima persen bahkan lebih kalau tidak kita mendorong sektor UMKM,” kata Bahlil Lahadalia selaku Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) saat menghadiri acara di Kemenperin, Jakarta, Senin, (2/12/19).
 
Sektor UMKM mempunyai peranan besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yakni di atas angka 60 persen. Selain itu, sektor UMKM berhasil menyerap lebih dari 100 juta orang dengan kontribusinya 97 persen dari tenaga kerja nasional.

Bahlil menjelaskan bahwa UMKM merupakan sektor yang paling tahan terhadap guncangan perekonomian global. Salah satu contohnya dalam krisis ekonomi pada 1998, UMKM Indonesia boleh dibilang mampu hadir sebagai sektor penyelamat.
 
“UMKM ini dalam sejarahnya telah menjadi pahlawan ekonomi bangsa, 1998 saat terjadi krisis ekonomi inflasi kita 88 persen, defisit kita 13 persen dan cadangan devisa kita kurang lebih USD17 miliar,” katanya.
 
Kehadiran UMKM di Indonesia masih lebih unggul ketimbang investasi dari dalam maupun luar negeri. Pada saat krisis ekonomi, para investor bahkan cenderung melarikan diri menjaga peruntungannya.
 
“UMKM itu yang menjaga ekonomi kita bukan konglomerat, waktu itu (1998) mereka lari semua konglomerat ini,” kata Bahlil.
 
Bahlil mengharapkan sektor UMKM Indonesia terus tumbuh tanpa intervensi investor besar. Penopang ketahanan dan pertumbuhan ekonomi nasional ini pun telah diusulkan tak masuk dalam sektor yang dibuka sebagai kemudahan berinvestasi di rancangan omnibus law.
 
“Nah ironisnya kebetulan yang saya pimpin itu di BKPM bicara investasi, penanaman modal dalam negeri dan luar negeri non-UMKM. Memang agak sedikit diskriminatif rasanya, saya juga baru tahu bahwa di sana hanya kelas menengah ke atas aja,” tuturnya.