Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. (Foto: https://bromotenggersemeru.org/gallery)
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. (Foto: https://bromotenggersemeru.org/gallery)

Malang, MNEWS.co.id – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Malang mendorong UMKM dan para pedagang yang berjualan di kawasan wisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) untuk bertransaksi nontunai (cashless) dengan memanfaatkan Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS).

Kepala Unit Pengawasan Sistem Pembayaran dan Keuangan Inklusif Kantor Perwakilan BI Malang, Fida Affa Arif, mengemukakan transaksi dengan QR Code akan memudahkan para pedagang UMKM dalam bertransaksi dengan konsumen, karena lebih pasti.

“Dengan memanfaatkan teknologi yang ada saat ini, transaksi antara penjual dan pembeli semakin mudah, bahkan pedagang juga mendapatkan kepastian akan uangnya dari konsumen,” ujar Fida di sela acara Edukasi dan Pendaftaran Merchant QRIS dalam rangka Pekan QRIS Nasional (PQN) di Pendopo Agung Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan dengan tagline “Ayo Nganggo QRIS! Ben UMKM Laris Manis”.

Selain itu, menurut Fida, penjual juga bisa terhindar dari pembayaran dengan uang palsu dari konsumen. “Bertansaksi dengan QR Code (nontunai) bisa dikatakan aman, karena pedagang bisa langsung mendapatkan pemberitahuan dari Penyelanggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP),” katanya.

Senada dengan BI Malang, Plh Kepala TNBTS, Novita Kusuma Wardani juga mendorong para pedagang untuk segera bermigrasi terkait transaksi dengan pembeli.

“Kami akan terus mendorong pedagang (UMKM) di kawasan wisata TNBTS untuk tidak menggunakan uang tunai (cashless) dalam bertransaksi,” ucapnya.

Hanya saja, lanjut Novi, untuk menuju ke sama membutuhkan proses dan waktu sambil dilakukan penataan pedagang agar lebih baik lagi dan ada estetikanya sebagai daya tarik bagi pembeli.

“Yang menjadi pemikiran kami, secara bertahap transaksi diarahkan nontunai dengan menggunakan QR Code, namun produk-produk yang dijual belum menjanjikan. Lalu, yang mau melakukan scan pembayaran menjadi ragu dan tidak jadi ada transaksi,” ujarnya.

Oleh karena itu, katanya, produk-produk yang dihasilkan dan dijual kepada wisatawan harus ada perbaikan, tidak hanya souveninr, tetapi juga kulinernya, sebab sampai saat ini belum ada menu khusus lokal TNBTS yang bisa ditawarkan kepada wisatawan.

Menanggapi edukasi tentang QRIS tersebut, Wijaya, salah seorang pedagang di kawasan area wisata TNBTS mengaku cukup membantu. “Kami senang ada perubahan yang signidfikan terhadap para pedagang di sini, namum yang menjadi kendala kami adalah sinyal handphone yang sangat minim,” tuturnya.