"The 1st Tourism Working Group" akan digelar secara hybrid pada 10-11 Mei 2022, di Sudamala Resort, Komodo, Labuan Bajo. (Foto: kemenparekraf.go.id)

Labuan Bajo, MNEWS.co.id – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mendapat kehormatan untuk melaksanakan event skala internasional sebagai Chair pada “The 1st Tourism Working Group” yang merupakan salah satu working group dari Presidensi Indonesia pada KTT G20 2022. 

“The 1st Tourism Working Group” sendiri akan digelar secara hybrid pada 10-11 Mei 2022, di Sudamala Resort, Komodo, Labuan Bajo.

Isu utama yang akan dibahas dalam “The 1st Tourism Working Group” adalah penguatan masyarakat sebagai agen perubahan untuk transformasi pariwisata yang lebih berkualitas dan berkelanjutan, yang berpusat pada lima line of action (pilar aksi), sehingga pemulihan dan kebangkitan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif pascapandemi COVID-19 dapat dirasakan oleh masyarakat.

Plt. Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf, Frans Teguh, dalam pernyataannya mengungkapkan bahwa pandemi COVID-19 telah memberikan pelajaran yang berharga bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif secara global.

Krisis ini memperlihatkan betapa pentingnya peran masyarakat dalam mewujudkan pariwisata berkelanjutan. Di mana pariwisata berkelanjutan itu dilakukan sebagai langkah pengelolaan pariwisata jangka menengah dan jangka panjang. 

Lima pilar aksi yang menjadi fokus utama ini akan dibahas dalam forum “The 1st Tourism Working Group”.

“Para delegasi G20 yang hadir secara hybrid berkesempatan menyampaikan langkah atau strategi konkrit berdasarkan best practice yang dapat dikerjasamakan antar negara anggota, untuk memastikan SDM pariwisata teredukasi secara optimal, keterampilan meningkat seiring dengan arus digitalisasi yang semakin maju, dan dengan tetap memperhatikan aspek-aspek pariwisata berkelanjutan” ujar Frans.

Lima line of action ini meliputi human capital yang berkaitan dengan pekerjaan, skills, enterpreneurship, dan edukasi tentang bagaimana SDM pariwisata mampu melihat kebutuhan dan keinginan pasar, menciptakan lapangan kerja baru, serta mampu menghadirkan nilai tambah dari produk atau jasa mereka.

Kedua, inovasi, digitalisasi, dan ekonomi kreatif. Fokus pada bagaimana masyarakat mampu lebih inovatif, kreatif, dan adaptif dalam memasuki tatanan ekosistem ekonomi digital, supaya pelaku ekonomi kreatif ini dapat menjangkau pasar yang lebih luas.

Ketiga, women and youth empowerment. Pemberdayaan perempuan dan generasi muda memiliki peran penting dalam kepulihan dan ketahanan masa depan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Di Indonesia sendiri, tercatat pada tahun 2020, ada 53 persen atau 90 juta penduduk Indonesia yang didominasi oleh kaum milenial dan generasi Z. Hal ini menunjukkan betapa besarnya potensi generasi muda dalam kemajuan sektor pariwisata di masa mendatang.

Keempat climate action, biodiversity conservations, dan circular economy; di mana penggunaan energi, tanah, air, dan sumber daya makanan pada sektor pariwisata dapat mengurangi emisi karbon.

Dan terakhir, kerangka kebijakan, tata kelola, dan investasi, dengan fokus membuat kebijakan dan langkah-langkah pariwisata yang lebih holistik guna mendukung empat pilar line of action.

Melalui forum internasional ini, Frans berharap negara-negara G20 dapat memperkuat sinergi agar segala upaya mewujudkan pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif pascapandemi bisa terealisasi. 

“Untuk keluar dari pandemi ini kita tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Negara G20 butuh kolaborasi yang apik, sehingga dapat menunjukkan bahwa sektor pariwisata adalah sektor yang tangguh, sektor yang dapat menjadi lokomotif kebangkitan ekonomi dan membuka lapangan kerja seluas-luasnya,” katanya.

Selain itu, Frans juga berharap TWG G20 ini akan menghasilkan kesepakatan bersama di antara negara-negara G20 guna mengatasi tantangan yang ada secara menyeluruh dengan mengedepankan kebersamaan dan sustainability.