Narasumber Media Workshop Fi Asia 2018. Foto: (doc/MNEWS)
Narasumber Media Workshop Fi Asia 2018. Foto: (doc/MNEWS)

Jakarta, MNEWS.co.id Event Food Ingredients Asia, pameran bahan baku makanan dan minuman terkemuka akan digelar di Jakarta International Expo pada 3-5 Oktober 2018 mendatang. Event tahunan ini menjadi wadah untuk memperluas potensi Indonesia ke pasar regional maupun global.

Industri makanan dan minuman menjadi satu dari lima prioritas pemerintah dalam pengembangan Revolusi Industri 4.0. Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, industri makanan dan minuman telah berkontribusi sebesar 34% terhadap produk domestik bruto (PDB) industri non-minyak dan gas pada 2017 lalu.

Menurut Adhi S. Lukman, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), potensi industri makanan dan minuman di Indonesia bisa unggul karena adanya variasi suplai dan konsumen, yang bisa meningkatkan inovasi dan keamanan produk. Cita rasa lokal dalam makanan dan minuman Indonesia juga menjadi peluang untuk industri bahan baku lokal.

“Tantangannya di bahan baku yang masih impor. Kita berusaha kombinasi bahan baku lokal, misal menggunakan bumbu-bumbu lokal dan menyesuaikan selera lokal. Bahan baku dasar masih banyak yang impor, misalnya susu 80% impor, garam 70%, dan terigu 100% impor. Kita perlu substitusi dengan produk lokal,” ujar Adhi kepada MNEWS saat ditemui dalam Media Workshop Food Ingredients Asia yang diadakan di Hotel JW Marriott, Kuningan, Jakarta, Rabu (4/7/2018).

Lebih lanjut Ia mengatakan, problem utamanya ada di industri hulu dan intermediate.

“Industri butuh pengembangan. Hulu lebih sulit karena investasi lebih mahal, ada masalah sosial di daerah, masalah lahan dan sebagainya. Selain itu, kurang insentif jadi tidak menarik,” jelasnya.

Puspo Edi Giriwono, Executive Secretary SEAFAST Center IPB, memaparkan bahwa Indonesia memiliki potensi penghasil produk agrikultur terbesar di dunia, dengan varian dan komoditas penting seperti kelapa sawit, rempah-rempah, beras, dan lainnya. Potensi ini bisa memperkaya cita rasa Indonesia yang saat ini sedang tren, seperti produk mie instan yang menghasilkan aneka varian rasa soto nusantara.

“Sekarang sudah ada demand untuk permintaan bersumberdaya lokal. Kini saatnya pelaku industri bisa mengambil dari lokal. Beberapa universitas dan litbang sudah relevan untuk research and development-nya, tinggal bagaimama menyambungkan R&D universitas dengan industri lokal supaya sinkron,” kata Puspo.

Rungphech Chitanuwat, Group Director ASEAN, UBM Asia (Thailand), mengatakan sangat bangga bisa kembali menghadirkan Food Ingredients Asia (Fi Asia) di Indonesia. Pameran komprehensif ini akan menjadi ajang pertukaran pemikiran bagi para pelaku industri bahan baku makanan dan minuman, ahli teknologi pangan, perusahaan makanan, produsen bahan makanan untuk dapat mempromosikan produknya sekaligus memperoleh informasi terkini industri bahan baku makanan serta mengakses pasar potensial.

“Tahun ini, area pameran lebih luas 40% dibanding Fi Asia 2016 di Jakarta. Ini menandakan Fi Asia 2018 adalah rute penting bagi pasar bahan makanan dan minuman di ASEAN yang berkembang pesat,” tandasnya.

Fi Asia 2018 akan menghadirkan lebih dari 700 peserta pameran makanan dan minuman lokal, regional, dan internasional terkemuka dari berbagai sektor. Selain itu, akan ada lebih dari 60 sesi konferensi dan seminar teknis dengan isu relevan di mana produsen, konsumen, distributor, peneliti, bisa bertukar ide. Fi Asia juga akan menghadirkan fitur baru, yaitu Beverage Ingredients Theater, yang akan memukau pengunjung dengan 20 product showcase berbagai tipe minuman dari para pelaku industri minuman terkemuka.