Kepala Bekraf, Triawan Munaf, dalam peluncuran buku KOPI: Indonesian Coffee Craft & Culture di Tugu Kunstkring, Jakarta, Rabu (12/12/2018). Foto: (doc/MNEWS)
Kepala Bekraf, Triawan Munaf, dalam peluncuran buku KOPI: Indonesian Coffee Craft & Culture di Tugu Kunstkring, Jakarta, Rabu (12/12/2018). Foto: (doc/MNEWS)

Jakarta, MNEWS.co.id – Indonesia sebagai negara pengekspor kopi terbesar ke-4 di dunia, ternyata masih minim dalam mengkonsumsi biji kopi terbaik di negaranya sendiri. Indonesia masih menempati urutan ke-56 dalam konsumsi kopi. Sebagian besar kopi terbaik justru diekspor ke berbagai negara lain dengan harga murah.

Persoalan inilah yang diangkat oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dalam hal memberikan nilai tambah bagi kopi Indonesia. Bekraf bertekad untuk memproteksi filosofi dan memberikan nilai tambah di balik kopi itu sendiri, serta merangkul berbagai jenis kopi dengan indikasi geografis di Nusantara.

Kepala Bekraf, Triawan Munaf, menuturkan bahwa ekonomi kreatif khususnya kopi, hal utama yang harus diperhatikan bukanlah di hulu, tapi di hilir. Aspek-aspek seperti branding, pemasaran, pameran, apapun yang bisa menjadi nilai tambah kopi di Indonesia harus ditingkatkan.

Ia menambahkan, kopi masih menjadi sebatas komoditas. Green beans yang belum diolah, diekspor dengan harga yang sangat-sangat murah. Ironisnya, negara-negara lain yang tidak punya kebun kopi justru bisa mengolahnya dan memberi nilai tambah. Ia mencontohkan negara Amerika, yang hanya punya kebun kopi di Hawaii dan California, tapi memiliki coffee culture yang luar biasa, seperti Starbucks misalnya, yang di antaranya pasti ada kopi Indonesia juga.

“Yang ingin Bekraf perjuangkan, agar kopi juga memiliki nilai tambah di Indonesia. Jadi kita tidak hanya menjual green beans kita dengan harga yang sangat murah, dengan harga yang ditekan. Bagaimana kita mengimbangi agar nilai tambah, proses, branding, dan segala yang bisa menaikkan pendapatan orang Indonesia bisa dilakukan dengan lebih cepat. Dalam 10 tahun terakhir kita sudah banyak melihat café-café dan brand-brand Indonesia, kopi ini bisa menjadi minuman kekinian yang lebih modern,” papar Triawan Munaf dalam peluncuran buku KOPI: Indonesian Coffee Craft & Culture di Tugu Kunstkring, Jakarta, Rabu (12/12/2018).

Kopi sebagai salah satu bagian dari subsektor kuliner, merupakan hal yang penting untuk diberi perhatian lebih banyak. Pihak Bekraf juga mengajak lembaga serta kementerian lain untuk bersinergi bersama, misalnya dengan menteri perdagangan. Triawan mengatakan, yang harus diperjuangkan sekarang adalah, bagaimana agar ekosistem Indonesia bisa unggul dan mengalami pertumbuhan yang signifikan.

“Ayo kita jadikan kopi-kopi terbaik di Indonesia itu untuk bisa dikonsumsi di Indonesia, mendapat nilai tambah, kita usahakan jangan membuat ekspor komoditas kopi hanya itu yang diandalkan. Masalahnya di kita tuh bukan masalah bisa atau engga, tapi koordinasi, antar kementerian, lembaga, pertama dengan kesepahaman yang sama, lalu koordinasi yang intensif. Maka kita ajak pegiat perkopian agar bisa sama-sama berjuang. Walaupun kami pemerintah, tapi kami tidak bisa melakukannya sendiri,” tandasnya.

Ayah dari artis Sherina Munaf ini menambahkan, banyak sekali budaya kopi unik yang hanya ada di Indonesia, misalnya kopi joss yang menggunakan arang panas, atau tradisi ngopi di Aceh yang dimulai sejak pukul 04.30 pagi usai sholat shubuh. Kreasi baru kopi juga terus berkembang. Menurutnya, masyarakat masih banyak yang belum tahu seluk-beluk kopi, tapi tertarik untuk mengetahuinya. Seperti animo pengunjung di Jakarta Coffee Week yang luar biasa beberapa waktu lalu.

“Saya yakin 80% pengunjung mungkin tidak tahu kopi, tapi mereka mau tahu kopi, mau belajar, mereka kena imbas dari gelombang kopi. Seperti kita kalau nonton Java Jazz, yang tahu jazz paling hanya 10%, sisanya ingin ada di sana, to see and to be seen. Kopi juga begitu sekarang,” imbuh Triawan.

Ke depan, Bekraf ingin agar tren kopi terus menjamur, dan ada lebih banyak lagi kegiatan yang mendukung perkembangan budaya kopi di Indonesia. Setelah beberapa waktu lalu sempat menyelenggarakan sertifikasi barista, berikutnya Bekraf berencana mengadakan acara seperti Indonesian Coffee Week. Bahkan, di 2020 mendatang, Bekraf ingin menggagas World Barista Championship (WBC) di Bali.