Ilustrasi Revolusi Industri. Foto: Google Images.
Ilustrasi Revolusi Industri. Foto: Google Images.

Jakarta, MNEWS.co.id – Dunia kini tengah mengalami masa transisi, memasuki era revolusi industri 4.0. Sebuah era di mana gelombang sejarah berputar sedemikian cepat, menyingkap tabir keterbatasan waktu dan ruang manusia, menyingkir satu per satu.

Itulah penggalan yang disampaikan Budiman Sudjatmiko, Anggota Komisi II DPR RI, dalam Pidato Kebudayaan, “Membuka Simpul Budaya Baru: Revolusi Industri 4.0” sebagai bagian dari rangkaian acara Kongres Kebudayaan Indonesia 2018. Acara yang digagas oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini tidak hanya mengangkat tema kebudayaan dan elemen-elemen yang termasuk di dalamnya, tetapi juga pemaparan yang bersifat visioner dan berpijak pada keadaan riil di masyarakat sesuai dengan data dalam dokumen “Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah” dari kabupaten/kota dan provinsi di seluruh Indonesia.

Budiman bercerita, bagaimana awal mula sejarah manuai yang telah melalui tiga tahapan revolusi industri sebelumnya. Revolusi industri pertama, ditandai dengan penggunaan mesin uap, yang mentransformasi masyarakat pertanian menjadi masyarakat industri. Revolusi industri kedua, ketika masyarakat sudah mulai mengenal rantai industri, pembagian kerja, dan kelistrikan. Sedangkan revolusi industri ketiga, terjadi ketika komputerisasi mulai muncul.

Jarak dari satu gelombang transformasi ke transformasi semakin kecil. Butuh 10.000 tahun untuk memasuki era revolusi industri pertama. Sementara, butuh 200 tahun saja dari revolusi industri satu ke revolusi industri berikutnya.

“Artinya, pembesaran gelombang sejarah ini akan semakin sering terjadi di masa yang akan mendatang. Saat ini kita sedang memasuki abad revolusi industri 4.0, sebuah era di mana tabir keterbatasan waktu, ruang manusia, menyingkir satu per satu, atau beramai-ramai. Pada saatnya segala hal akan menjadi cerdas dan tidak terbatas,” tandas Budiman di Plaza Insan Berprestasi, Kompleks Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Kamis (6/12/2018).

Ia menambahkan, kegiatan transaksi digital seperti belanja online sudah menjadi tren. Diperlukan jejaring, yang merupakan wajah era digital. Jejaring merupakan wadah alami bagi kemunculan paradigma ekonomi baru, yang berlandaskan pada semangat kolaborasi dan partisipasi, layaknya gotong-royong.

Budiman Sudjatmiko dalam Pidato Kebudayaan, “Membuka Simpul Budaya Baru: Revolusi Industri 4.0”,
di Plaza Insan Berprestasi, Kompleks Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Foto: (doc/Budayasaya)

Prinsip hidup di abad ke-21 dan seterusnya, kian diatur oleh matematika sebagai bahasa alam semesta. Kolaborasi, produksi dan konsumsi semakin gencar. Transformasi yang sangat pesat mempengaruhi perkembangan budaya dan juga ekonomi. Di era ekonomi digital, konsumen dan produsen tidak dapat dibedakan, maka ada istilah prosumen.

Terjadilah kolaborasi produksi yang menghilangkan batas antara produsen dengan konsumen. Kolaborasi adalah elemen penting dalam ekonomi kreatif, yang mendominasi dibanding kompetisi yang berasal dari era sebelumnya.

Menurut Budiman, disinilah pentingnya masyarakat melakukan persiapan untuk menghadapi eskalasi perubahan yang sedemikian signifikan. Kita diharuskan untuk terus bergerak, kreatif, inovatif, dan menyesuaikan dengan era disruptif. Persiapan itu terutama tidak hanya dari aspek infrastruktur teknologi informasi, tetapi juga kualitas mental dan sumber daya manusia yang semakin cerdas dan berkualitas.

“Digital bukan jadi bagian dari ekonomi, tapi ekonomi itu sendiri. Hanya dalam 20 tahun sejak kelahiran internet, potensi ekonomi digital diperkirakan telah mencapai 3 triliun dollar. Revolusi industri membuka tak terhingga, peluang kepada kita untuk menjadi bangsa yang berkedaulatan dalam data, berkeadilan dalam teknologi dan akses informasi,” tutupnya.