Solo, MNEWS.co.id – Pelaku ekonomi kreatif subsektor seni pertunjukan berpeluang mendapatkan pembiayaan perbankan. Kolaborasi dinilai menjadi salah satu kunci bagi subsektor ini untuk mampu mendapatkan penilaian yang baik oleh perbankan.
Hari Santosa Sungkari, Deputi Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), menyampaikan bahwa pelaku kreatif di subsektor seni pertunjukan, khususnya yang tradisional harus berkolaborasi dengan pelaku kreatif kekinian supaya mampu menyajikan pertunjukan yang mampu diterima generasi milenial. Selain itu, kolaborasi juga harus dilakukan dengan manajer promosi dan manajer keuangan sehingga pembukuan laporan keuangan rapi dan bisa digunakan untuk mengajukan pembiayaan ke perbanan maupun non perbankan.
“Pelaku kreatif seni pertunjukan bisa fokus untuk membuat konten atau pertunjukan yang menarik, sedangkan promosi dan keuangan bisa berkolaborasi dengan orang yang ahli di bidangnya. Hal ini supaya usaha seni pertunjukan yang dimiliki bisa menyejahterakan pelaku seperti tujuan dari ekonomi keatif yang memberikan added value,” ungkap Hari pada acara Bekraf Financial Club (BFC) Seni Pertunjukan di Alila Hotel Solo, Selasa (23/10/2018).
Laksono Dwionggo, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Solo, menyampaikan jika pemikiran perbankan itu sederhana, yakni bank will follow the money. Oleh karena itu, bank akan melihat feasibility calon debitur karena uang yang dipinjamkan harus dikembalikan mengingat dana tersebut merupakan dana masyarakat yang dititipkan ke bank.
Laksono menjelaskan, “Pembiayaan ke subsektor seni pertunjukan ini bisa dilakukan asalkan kedua belah pihak (perbankan dan calon debitur) saling memahami. Asalkan pemimpin perbankan melihat ada peluang dan potensi (penyaluran kredit di subsektor pertunjukan), pasti tidak akan ragu untuk menyalurkan kredit asalkan feasible.”
Ia mengatakan penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) saat ini hanya bisa dilakukan untuk sektor produktif. Namun Laksono mengungkapkan, jika seluruh pihak mulai dari pemerintah, lembaga keuangan, dan masyarakat berkomitmen, Solo bisa menjadi pilot project untuk menjadi penyaluran pembiayaan ke subsektor seni pertunjukan.
Pemimpin BNI Solo, Djoko Tri Sulistijo, mengatakan perbankan bisa menyalurkan pembiayaan di subsektor seni pertunjukan apabila didukung dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang jelas dari pelaku kreatif. Menurutnya, apabila pelaku kreatif memiliki jadwal tampil yang jelas beserta dengan nilai kontrak, tentu perbankan tidak akan merasa ragu karena memiliki kepastian, uang yang disalurkan melalui pinjaman tersebut akan kembali.
Sementara itu, dalam sambutannya, Deputi Akses Permodalan, Fajar Hutomo, menyampaikan BFC dilaksanakan di berbagai kota di Indonesia dengan menyasar subsektor yang berbeda sesuai dengan potensi di masing-masing daerah. Kegiatan yang dihadiri oleh 50 perwakilan perbankan dan nonperbankan ini dilaksanakan supaya pemilik modal mengetahui dan memahami business nature atau rantau bisnis subsektor ekonomi kreatif sehingga tak lagi ragu menyalurkan pembiayaan.