Ilustrasi. Foto: Pixabay
Ilustrasi. Foto: Pixabay

Jakarta, MNEWS.co.id – Jumlah consuming class atau masyarakat kelas menengah di Indonesia saat ini berada di kisaran 45 juta dan diharapkan terus bertumbuh tiap tahunnya. Bahkan, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara optimis jumlah consuming class di Indonesia akan mencapai 90 juta jiwa di tahun 2030.

“Akan ada tambahan 90 juta consuming class, atau kelas menengah baru. Sekarang hanya ada 45 juta di Indonesia,” kata Menteri Rudiantara saat menghadiri 7th Annual Jakarta Marketing Week 2019 di Atrium Mall kota Kasablanka, Jakarta, beberapa tempo hari lalu.

Consuming class menurut Menteri Rudiantara adalah cara berpikir yang baru dalam menumbuhkan kehidupan ekonomi sehari-hari. Artinya, banyak perubahan peningkatan ekonomi yang dirasakan masyarakat. Masyarakat kelas menengah sendiri adalah komunitas dengan aktivitas transaksi yang paling banyak ditemui karena memiliki daya beli disertai dengan frekuensi tinggi. Hal ini tidak akan terlalu terlihat pada masyarakat kelas atas yang memiliki dana jauh lebih besar namun populasinya sangat terbatas. Berbeda pula dengan masyarakat kelas bawah yang justru berdaya beli rendah.

Tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan masyarakat kelas menengah menjadi salah satu indikator tingginya pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Meningkatnya jumlah consuming class  menandakan pula peningkatan penghasilan, kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat.

“Apa itu consuming class? Apa itu kelas menengah?, itu adalah orang-orang yang tidak berpikir lagi hari ini Saya kerja apa untuk makan, tapi orang-orang yang berpikirnya hari ini Saya belanja apa,” ucap Menteri Rudiantara.

Bahkan, lanjutnya, consuming class Indonesia tahun 2030 juga akan menjadi negara dengan tingkat ekonomi tertinggi di ASEAN. Dia yakin ini menjadi peluang bagi masyarakat, khususnya generasi muda saat ini yang merupakan usia produktif.  “Jadi, pasar besar ini mau diadress oleh siapa? Tentunya oleh kita-kita, tentunya yang muda-muda. Karenanya itu, infrastruktur digital disiapkan oleh pemerintah, tinggal bagaimana generasi muda mengisinya melalui pengembangan aplikasi-aplikasi,” pungkasnya.