Asisten Deputi Penyuluhan Kementerian Koperasi dan UKM, Bagus Rachman dalam sesi Wonderful Startup Academy 2 di Kolega x M, Jakarta, Rabu (23/1/2019). Foto: (doc/MNEWS).
Asisten Deputi Penyuluhan Kementerian Koperasi dan UKM, Bagus Rachman dalam sesi Wonderful Startup Academy 2 di Kolega x M, Jakarta, Rabu (23/1/2019). Foto: (doc/MNEWS).

Jakarta, MNEWS.co.id – Tidak perlu bingung mencari celah usaha bagi para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang baru akan memulai usahanya. Masih terbuka banyak peluang, khususnya di era digital.

Salah satu peluang bisnis yang sangat potensial dan bisa lebih maksimal dengan go digital adalah sektor pariwisata. Tidak hanya penyedia layanan jasa pariwisata seperti agen travel & ticketing, sejumlah sektor UMKM lainnya pun bisa ikut “kecipratan” dalam bisnis pariwisata ini. Sebut saja pelaku usaha penginapan, rumah makan, hingga kerajinan tangan.

Asisten Deputi Penyuluhan Kementerian Koperasi dan UKM, Bagus Rachman, mengatakan, UMKM wajib hadir di setiap kota, tidak hanya di tempat-tempat tertentu saja. Potensi UMKM bisa dimaksimalkan melalui Dinas Koperasi dan UKM di tiap daerah. Bahkan, Dinas Koperasi dan UKM di 172 kabupaten/kota sudah menyediakan dana khusus untuk pelatihan UMKM. Ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin.

“Indonesia sangat potensial membuat bisnis dengan digital. UMKM kan semua sektor. UMKM-UMKM yang dapat pelatihan adalah yang terdaftar di Dinas Koperasi dan UKM, di 172 kabupaten kota sudah ada dana khusus untuk pelatihan,” ujar Bagus dalam sesi SME & Heritage Session di Wonderful Startup Academy Batch 2, dengan tema “Tourism SMEs in Digital Environment” di Kolega x M Coworking Space, Jakarta, Rabu (23/1/2019).

Tahun ini merupakan kedua kalinya Wonderful Startup Academy menggodok tourism startup di Indonesia. Di sini, para pelaku startup akan belajar bagaimana mengembangkan usahanya di sektor pariwisata yang serba digital. Sebanyak 30 startup yang bergerak di dunia wisata sudah dikurasi, dan akan mengikuti program-program inkubasi.

Lebih lanjut Bagus menambahkan, untuk mengembangkan daya tarik wisata suatu daerah, perlu bantuan UMKM di dalamnya. Perlu dirancang apa yang menjadi daya tariknya. Siapa yang punya homestay, restoran, bagaimana transaksi keuangannya diatur, itu semua perlu disinergikan.

Berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), ada 143 juta pengguna internet di Indonesia, dan 58 juta di antaranya terfokus di pulau Jawa. Komposisi pengguna internet ini menunjukkan penggunanya yang kebanyakan berasal dari ekonomi menengah. Sebagian dari mereka gencar untuk membeli pengalaman, dan inilah yang menjadi celah bisnis pariwisata di Indonesia.

Konsep 4A, yakni Attraction, Amenity, Accessibility, Ancilliary, tandas Bagus, penting diterapkan untuk mensinergikan bisnis pariwisata dengan seluruh UMKM yang ada. Pemerintah daerah juga harus turut aktif membuat regulasi yang bisa mendukung kemajuan bisnis pariwisata ini, menyusul target 1 juta wisatawan mancanegara (wisman) di tahun 2019.

“UMKM bicara finansial juga SDM. Karena sekarang sudah ekonomi daerah, ini adalah rumusan pemerintah daerah,” pungkasnya.

Sebagai gambaran, jumlah UMKM dan usaha besar di Indonesia saat ini berjumlah sekitar 59 juta unit, dan komposisi UMKM mencapai 99,99 persen dari jumlah tersebut. Kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh pelaku UMKM juga masih seputar terbatasnya SDM yang mumpuni, kurangnya kemampuan untuk mengadaptasi teknologi, serta kurangnya dukungan dari berbagai pemangku kepentingan.