Jakarta, MNEWS.co.id – Lima film nasional akan memeriahkan ACBS Film Festival yang merupakan rangkaian kegiatan Asia Content Business Summit (ACBS) 2019. Tak hanya itu, sejumlah film dari negara anggota ACBS, seperti India, Jepang, Cina, Malaysia, Singapura, Hong Kong, dan Thailand juga akan diputar di CGV fX Sudirman pada Kamis-Sabtu (19-21/9/2019).
Hari pertama pemutaran film ini akan menayangkan Kahaani 2 (12.00 WIB), Marlina the Murderer in Four Acts (14.30 WIB), Huang Fu Mi (17.00 WIB), dan Daysleepers (19.30 WIB). Pada Jumat (20/9/2019) film yang diputar adalah Tarling is Darling (12.00 WIB), Pro May Genius/Must/Build (14.30 WIB), Sekala Niskala (17.00 WIB), dan Mencari Rahmat (19.30 WIB). Sedangkan di hari terakhir, film yang ditayangkan adalah Reflections (12.00 WIB), A Land Imagined (14.30 WIB), Still Human (19.00 WIB), dan film nasional yang telah direstorasi Bintang Ketjil (17.00 WIB).
Film-film tersebut dapat ditonton gratis oleh masyarakat dengan mendaftarkan diri sebelum film diputar. Aktris Ayu Laksmi yang juga merupakan pemeran Sekala Niskala mengatakan film horror yang disajikan kental dengan budaya ini telah menerima berbagai penghargaan di ajang film festival internasional, seperti Best Youth Feature Film di Asia Pacific Screen Awards 2017, Grand Prize di Tokyo FILMeX International Film Festival 2017, dan Golden Hanoman Award di Jogja-NETPAC Asia Film Festival. Selain itu, diputar juga di Toronto International Film Festival dan Busan International Film Festival.
Deputi Hubungan Antarlembaga dan Wilayah Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Endah Wahyu Sulistianti mengatakan dalam pelaksanaan ACBS biasanya ada pertukaran ide, pembahasan arah kebijakan di Asia, dan business meeting dalam upaya mengembangkan industri konten kreatif, seperti film, animasi, video, musik, dan lainnya.
“Melalui ACBS diharapkan pelaku konten industri kreatif Asia melihat potensi Indonesia dan dapat berkolaborasi sehingga film Indonesia bisa menembus pasar global. Seperti Cina yang mewajibkan film nasionalnya untuk diputar di semua bioskop disana (Cina), telah membuka kerjasama seperti co-production sehingga film Indonesia bisa masuk di pasar Cina. Hal ini juga untuk menjawab permasalahan distribusi yang dihadapi perfilman Indonesia,” jelasnya saat Press Conference ACBS 2019, Story of Asia: Strengthening the Competitiveness Together di CGV fX Sudirman, Selasa (17/9/2019).
Melalui ACBS 2019 juga diharapkan dapat terciptanya joint communique dan membentuk Asia Film Center sebagai legal formal di sektor bisnis untuk meningkatkan posisi tawar film Asia.
Deputi Akses Permodalan Bekraf Fadjar Hutomo menyampaikan tak hanya financing forum, acara yang dilaksanakan di The Sultan Hotel pada Kamis-Sabtu (19-21/9/2019) ini juga menampilkan seluruh program Bekraf dari hulu hingga hilir, seperti LOCK, SCARA, sertifikasi, KFD, dan beberapa progam lainnya.
“Kami ingin menunjukkan ke tamu dari Asia, apa yang telah dilakukan Bekraf dalam mengembangkan ekosistem perfilman dan apa yang bisa dimanfaatkan mereka (negara ACBS) sehingga dapat meningkatkan ekspose perfilman Indonesia di level Asia,” imbuhnya.
Ketua Bidang Advokasi Kebijakan Badan Perfilman Indonesia Alex Sihar mengatakan ACBS merupakan pintu masuk untuk menjadi common market dan juga membina jaringan. Bergabungnya Indonesia dalam kegiatan ini juga bisa dimanfaatkan untuk menyerap ilmu dari negara lain dalam pengembangan industri film, seperti India yang memproduksi lebij dari 1.000 film setiap tahun dan Jepang yang memproduksi 400 film per tahun.
“Jumlah film Indonesia yang rilis di bioskop pada 2017 sebanyak 119 film, naik menjadi 132 film, dan saat ini sudah ada 92 judul film yang tayang dengan jumlah penonton hampir 32 juta orang. Pertumbuhan ini juga didorong dengan penambahan layar bioskop yang mencapai 1774 layar dan ditargetkan dapat mencapai 1900 layar sampai akhir tahun,” imbuhnya.