Nur Herwiyanti, Pemilik Usaha Drum Band Marching Pose di Yogyakarta yang kini beralih usaha pembuatan face shield. (Foto: Istimewa/Tribunnews)

Yogyakarta, MNEWS.co.id – Pandemi virus Corona memberikan dampak sangat luar biasa terhadap sektor ekonomi di Yogyakarta. Salah satu sektor yang terdampak cukup parah adalah usaha rumahan. Bahkan akibat pandemi Covid-19 ini, banyak pelaku usaha yang berhenti beroperasi.

Salah satunya dialami oleh Nur Herwiyanti, seorang pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang memproduksi batik jumputan. Ia harus menerima kenyataan karena dampak pandemi benar-benar membuat usahanya kesulitan. Karena tak ada lagi permintaan, Nur memutuskan untuk berhenti sementara waktu.

Kemudian Ia sempat mencoba menekuni bisnis kuliner dengan berjualan nasi kebuli, namun usaha itu hanya bertahan selama dua pekan saja. Sebagai pelaku usaha, Nur terus mencoba bisnis baru demi menambal perekonomian keluarganya yang ikut terdampak pandemi.

“Sempat saya jualan nasi kebuli namun hanya berlangsung selama 2 minggu saja. Saya merasa di usaha ini bukan merupakan pasion yang saya miliki. Akhirnya saya mencoba usaha lain,” katanya.

Setelah itu, Nur mencoba untuk memproduksi alat pelindung diri (APD). Peluang usaha ini menurutnya memang terbuka lebar karena saat ini semua orang membutuhkan APD untuk mencegah penularan virus Corona.

Alat Pelindung Diri (APD) produksinya terbuat dari bahan material kain spunbond. “Dulu juga sempat ada permintaan pembuatan APD sebanyak 200 baju Hazmat. Namun setelah itu juga kehilangan kesempatan karena ada kebijakan untuk APD yang terbuat dari kain spunbond belum memenuhi standar,” tambah Nur.

Karena mengalami penurunan, akhirnya Nur beralih lagi ke usaha pembuatan masker pada akhir April lalu. Dari produksi masker tersebut, Ia mendapatkan pesanan cukup banyak. Mulai dari instansi pemerintah maupun personal. Lambat laun usaha masker ini juga banyak mendapatkan pesaing dan harga dari produksi masker yang kurang bersahabat.

Hal tersebut membuat Nur beralih lagi ke usaha pembuatan face shield. Akhirnya pada bulan Mei lalu, Ia mulai merintis usaha pembuatan face shield. “Karena melihat bahan baku ada dari produksi drumband sebelumnya. Akhirnya saya membuat face shield sendiri dari menonton tutorial yang terdapat di YouTube,” ungkapnya.

Sekarang ini, Nur dibantu oleh suami dan seorang karyawan dalam memproduksi face shield. Produksi face shield yang dibuat oleh Nur Herwiyanti telah dipasarkan di Kalimantan, Jakarta, Solo dan Purwokerto. Bahkan segmentasi pasarnya tidak hanya perorangan namun berbagai instansi pemerintah maupun swasta.

Untuk pemasarannya sendiri dilakukan secara online baik melalui Instagram, grup WhatsApp maupun Facebook. Bahkan dalam sekali pemesanan bisa sampai ribuan face shield. Walaupun sekarang ini banyak pelaku UMKM yang memproduksi face shield dengan harga yang lebih murah, Ia tetap menjaga kualitas produknya.

Pandemi Covid-19 memberikan banyak pelajaran bagi Nur untuk tetap bertahan menjalankan usahanya agar tetap mendapatkan penghasilan. “Pandemi Covid-19 membuat semua sektor terdampak. Dari situ kita mendapatkan pelajaran bagaimana kita bisa survive dengan usaha yang dijalankan dan tetap mendapatkan penghasilan,” ungkapnya.

Nur berharap untuk rencana kedepannya Ia dapat terus menjalankan usaha yang dijalankan sebelumnya meskipun pandemi Covid-19 mulai mereda.