
Bandung, MNEWS.co.id – Selama ini penggunaan bambu hanya digunakan sebagai bahan bangunan, namun ternyata memiliki nilai ekonomi tinggi setelah diolah menjadi berbagai produk kerajinan. Salah satunya adalah produk kerajinan berbahan baku bambu asal Jawa Barat yang kini sudah mampu menembus pasar luar negeri. Nilai ekonomi bambu yang tinggi, menjadi peluang menjanjikan bagi masyarakat untuk meningkatkan perekonomiannya.
Melalui program Bambu Juara Bambu Jabar (Baju Baja), Pemprov Jabar bekerja sama dengan komunitas Hijau Lestari Indonesia (HLI) mengajak masyarakat Jabar, khususnya di perdesaan untuk menanam, memelihara, dan memproduksi berbagai produk bambu.
“Sejumlah kriya bambu Jabar sudah masuk ke pasar internasional, seperti jam tangan bambu yang sudah menembus Inggris. Mereka ingin memesan lagi, mudah-mudahan bertambah negara lainnya agar bambu Jabar dikenal di mancanegara,” kata Oki Himawan selaku Ketua Program Baju Baja dalam kegiatan Bambu Vaganza di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Rabu (27/11/19).
Kegiatan yang digelar dalam memperingati Hari Bambu Nasional itu menghadirkan sejumlah produk kriya berbahan bambu, seperti aksesoris hingga sepeda. Oki menjelaskan, pihaknya pun kini tengah menyiapkan berbagai produk berbahan bambu untuk melengkapi interior hotel berbintang dan restoran. Nantinya, semua hotel bintang tiga hingga lima di Jabar bakal menyediakan pojok bambu sebagai upaya lain untuk meningkatkan produktivitas masyarakat dalam menghasilkan produk-produk berbahan bambu.
Melalui program Baju Baja tersebut, HLI juga telah berhasil melatih masyarakat di 35 desa dan dua pesantren di sembilan Kabupaten/Kota di Jabar, serta 12 desa sudah mendapatkan bantuan mesin untuk pelaku UKM.
Bandung memiliki memiliki 54 jenis bambu dari total 176 jenis bambu di Indonesia. Bambu asal Jabar berkualitas baik dan sangat berpotensi untuk pengembangan ekonomi masyarakat, khususnya di perdesaan.
Sementara itu Uu Ruzhanul Ulum selaku Wakil Gubernur Jabar, Uu Ruzhanul Ulum mengatakan, peringatan Hari Bambu Nasional merupakan momentum bagi masyarakat, agar peduli akan kelestarian bambu yang memiliki nilai budaya dan ekonomi. Hal tersebut Ia sampaikan saat membuka kegiatan Bambu Vaganza.
“Sekarang bambu bukan hanya dipakai untuk bangunan, tapi memiliki nilai tambah dari olahannya, artinya memelihara bisa melestarikan lingkungan dan punya nilai ekonomi,” katanya.
Ruzhanul mengapreasi gerakan pelestarian bambu yang digagas melalui program Baju Baja. Pasalnya, gerakan tersebut mampu mendongkrak perekonomian masyarakat, khususnya masyarakat di perdesaan.