Medan, MNEWS.co.id – Sejumlah ibu rumah tangga cukup ahli dan kreatif, dalam memanfaatkan limbah kulit kerang. Limbah kulit kerang yang dianggap tidak bermanfaat mereka ubah dan dirangkai menjadi hiasan rumah tangga yang bernilai jual.
Adalah industri rumah Kerajinan Kulit Kerang Nurul Ummi, yaitu komunitas kaum ibu yang masih terus berusaha bertahan membangkitkan usaha tersebut. Mereka terus aktif dengan membuka usaha kelas rumahan di Jalan Young Panah Hijau, Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan.
Melalui usaha rumahan ini, para ibu rumah tangga mengumpulkan limbah kulit kerang yang biasa sering dibuang untuk didaur ulang. Mereka merangkai limbah kulit kerang menjadi hiasan bunga di usaha rumah Kerajinan Kulit Kerang Nurul Ummi, Kecamatan Medan Marelan.
Kulit kerang yang terkumpul itu dibersihkan, dijemur, lalu diolah menjadi hiasan yang indah dan bernilai jual. Beragam jenis kulit kerang kemudian diwarnai sesuai keinginan, lalu disusun dengan membentuk hiasan yang akan diciptakan.
Biasanya kulit-kulit kerang direkatkan dengan lem menjadi kelopak bunga, kotak tisu, vas bunga, asbak rokok, hiasan kain meja. “Limbah kulit kerang yang sudah dibersihkan dan dijemur agar bisa dimanfaatkan. Limbah kerang di sini kami rumah menjadi hiasan meja, pernak pernik bunga bahan kerang, kotak dan perlengkapan hantaran pernikahan,” kata pengarajin kerang, Nuraimah.
Industri rumahan Kerajinan Kulit Kerang Nur Ummi yang mereka geluti, sudah cukup membantu secara mandiri serta menciptakan lapangan pekerjaan. Meski tetap berada di rumah, mereka tetap bisa produktif sekaligus menjadi contoh baik bagi masyarakat dan generasi muda setempat.
Dari kegiatan produktif ini, setidaknya mereka bisa membantu penghasilan para suami yang didominasi bekerja sebagai nelayan. Ada sekitar 5 hingga 10 orang ibu rumah tangga yang aktif di kelompok Kerajinan Kulit Kerang Nur Ummi.
“Hiasan kulit kerang selama ini sudah dipasarkan ke berbagai daerah, seperti Binjai, Deliserdang, hingga luar provinsi seperti Aceh, dan Pekanbaru Riau,” tambahnya.
Bahan kerang yang digunakan terbilang mudah didapatkan di sekitar kawasan Marelan-Belawan. Biaya limbah kerang, cat, botol dan triplek bekas, sedotan, kaca dan pernak-pernak mutiara replika juga tidak mahal dan mudah didapatkan.
Nuraimah menambahkan masa pandemi menjadi salah satu hambatan mereka dalam berkreasi menciptakan produk kerajinan. Begitupun penjualan hasil kreasi kulit kerang terhambat karena tidak ada lapak jualan, dan hanya memanfaatkan bantuan dari Pemko Medan untuk pengembangan dan pemasaran.
“Kendalanya banyak. Biasa hasilnya kami pasaran pintu ke pintu, atau kami panjang-panjang di pinggir rumah. Sekarang pandemi Covid-19 tidak ada lagi anak sekolah yang biasa PKL atau beli kerajinan. Sekarang itu sudah tidak ada,” ungkap Nuraimah.
Ia berharap ke depannya industri rumahan ini dapat dibantu pemerintah untuk memasarkan di wisata ikon Marelan seperti Siombak. Salah satunya dengan adanya galeri untuk promosi kerajinan setempat.
Kreasi milik Kerajinan Kulit Kerang Nurul Ummi dibanderol mulai dari Rp50.000,- untuk produk yang sederhana dan Rp500.000,- untuk yang memiliki tingkat keahlian ekstra dalam merakit dan merangkai limbah kulit kerang.
“Saat ini kami bertahan dengan memasarkan lewat media sosial saja, ini masih terbatas. Kalau sebelumnya kami bisa mudah memasarkannya lewat pameran atau bazar-bazar,” pungkas Nuraimah.