Produk Minyak Kutus-Kutus. (Foto: IDN Times)

Jakarta, MNEWS.co.id – Produsen minyak balur asli Bali, Minyak Kutus-kutus berhasil mempertahankan eksistensi bisnisnya di tengah pandemi Covid-19. Bahkan melalui konsistensi strategi yang diciptakan, Minyak Kutus-kutus mampu membeli kastil di Belanda.

Owner Minyak Kutus-kutus, Servasius Bambang Pranoto menjelaskan bahwa dirinya memegang teguh terhadap strategi yang diciptakan, yakni dengan menciptakan produk yang luar biasa (excellent product), mengelola keuangan, serta pemanfaatan sosial media sebagai sarana pemasaran.

“Minyak Kutus-kutus mampu menyelesaikan semua (tantangan pandemi) ini dengan cukup baik sampai 2020 kemarin, walaupun produksi kita hanya separuh daripada tahun-tahun sebelumnya. Tapi sekarang modal kita cukup, uang cukup, semuanya cukup, produksi juga cukup. Jadi keadaan pandemi tidak menggoyahkan kita satu sentimeter pun,” ungkap Bambang dilansir dari Kompas.

Soal kemampuan produsen Minyak Kutus-kutus membeli sebuah kastil di Belanda, karena Bambang bisa menerapkan strategi jitu terhadap pengelolaan keuangan. Strategi ini dengan memanfaatkan pinjaman perbankan untuk membiayai operasional perusahaan, biaya produksi, dan sisanya ditabung. Ia terus melakukan langkah tersebut hingga tabungannya membesar. Tabungannya pun dijadikan agunan saat perusahaannya memerlukan pinjaman.

“Kita kan biasa nyicil (dengan jumlah pinjaman) besar-besar setiap bulan, nah sekarang kita nyicil kecil. Sisanya masih kita pergunakan untuk hal lain untuk mengembangkan perusahaan. Kita beli kastil di Belanda untuk kantornya Kutus-kutus,” tambahnya.

Bambang mengungkapkan, langkahnya membeli kastil di Belanda agar produknya diakui dan bisa mendunia. Sebab saat masuk ke swalayan Asia di negara tersebut, Bambang merasa kecewa karena produk-produk Indonesia kalah saing dengan produk milik Singapura dan Thailand.

“Ini sedikit sok-sokan, tapi menurut saya supaya bangga lokal dan go international. Kenapa saya beli kastil di Eropa? Karena produk Indonesia enggak ada yang bunyi satu pun. Makanya, ini butuh sebuah gerakan yang sifatnya signifikan sehingga masyarakat sana ngeh terhadap produk Kutus-kutus,” ujar Bambang.

Ketenaran Minyak Kutus-kutus di Belanda tak sengaja terdengar di kuping Bambang kala dirinya membalurkan tubuhnya dengan produk yang Ia ciptakan tersebut. Ia membalurkan Minyak Kutus-kutus itu untuk meredakan rasa sakit perutnya.

“Dari dalam toilet, ada orang dari luar teriak ‘Kutus-kutus’, katanya. Ternyata ada orang Belanda yang sudah pakai Minyak Kutus-kutus dan suka. Dia bilang, kamu harus bikin sesuatu di Belanda, bikin kantor atau apapun karena orang Belanda menyukai Minyak Kutus-kutus,” ungkapnya.

Atas dasar itulah yang menggugah Bambang untuk membeli kastil di Belanda. Tujuannya, agar produk Minyak Kutus-kutus masuk ke Belanda dan Eropa dengan tata cara perdagangan ekspor impor, bukan karena dibawa oleh pelancong ke negaranya.

Selain itu, Bambang menekankan bahwa bangga terhadap produk-produk lokal tidak harus dilakukan dengan melakukan kampanye secara besar-besaran. Sebab, Indonesia sudah terkenal akan kekayaan alamnya, sehingga olahan apapun yang dibuat akan sendirinya dicap sebagai produk lokal. Asalkan, produk tersebut mempunyai kualitas yang bagus dan bisa bersaing secara global.