Jakarta, MNEWS.co.id – Sektor pariwisata di Nusa Tenggara Barat (NTB) akan dibuka kembali. Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Moh Faozal mengatakan pihaknya ingin segera kembali menghidupkan mesin pariwisata yang vakum akibat pandemi covid-19.
Ia memaparkan bahwa ketika sektor pariwisata NTB dibuka kembali, akan ada lima destinasi pilot project yang dibuka secara bertahap. Mulai dari kawasan Gili (Air, Meno, Trawangan), Taman Nasional Gunung Rinjani, Islamic Center, Kawasan Mandalika, dan destinasi di Pulau Sumbawa yaitu Pulau Moyo.
“Kawasan tiga Gili menjadi pilot project saat sektor pariwisata dibuka, lantaran di sana lebih bisa di organize bagaimana implementasi protokol kesehatan dan penerapan physical distancing, Lalu pintu masuk ke kawasan tersebut sudah ditetapkan dari pelabuhan Bangsal,” katanya..
Faozal menjelaskan, Taman Nasional Gunung Rinjani bisa dibuka kembali setelah kawasan Gili. Namun, perlu koordinasi dengan pihak pengelola terkait daya tampung dan penerapan physical distancing di salah satu dari tujuh gunung tertinggi di Indonesia itu.
Kemudian, terdapat kawasan Islamic Center yang pengelolaannya di bawah koordinasi Dispar NTB. Selanjutnya secara bertahap Kawasan Mandalika dengan terus berkoordinasi bersama ITDC sebagai pengelola kawasan ekonomi khusus seluas 1.200 hektar itu. Setelah itu, destinasi di Pulau Sumbawa yaitu Pulau Moyo.
Sementara itu, Dirut Poltekpar Lombok Hamsu Hanafi, tatanan kenormalan baru sangat penting dalam menghadapi sektor pariwisata terkait pandemi covid-19.
“Dalam webinar kali ini, kami hadirkan birokrasi, praktisi, dan akademisi, ketiga komponen ini akan memberikan solusi dan menyikapi dampak dari pandemi covid-19 sebagai langkah dan upaya menyambut normal baru khususnya di Lombok,” katanya.
Sementara itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyiapkan tatanan kenormalan baru di sektor pariwisata NTB. Bersama stakeholder pariwisata di Nusa Tenggara Barat (NTB), mereka mempersiapkan protokol kesehatan dan SOP (standar operasional prosedur) menyambut kenormalan baru di sektor parekraf.
“Nantinya, semua industri akan lebih mengedepankan protokol kesehatan, akan diletakan menjadi protokol paling pertama baru diikuti protokol lainnya karena kita menghadapi krisis yang berbasis virus, yang tidak bisa dilihat kasat mata,” tutur Sekretaris Kemenparekraf Ni Wayan Giri Adnyani.