Ilustrasi UMKM Online. (Foto: Unsplash/Glenn Carstens)

Jakarta, MNEWS.co.id –  Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menegaskan, langkah yang paling penting setelah menerapkan sejumlah relaksasi kredit untuk membantu UMKM terdampak pandemi Covid-19, adalah melakukan pembekalan keahlian di bidang teknologi informasi (IT).

“Saat ini sudah ada pergeseran pemasaran produk UMKM dari offline ke online, namun jumlahnya baru mencapai 8 juta UMKM, atau 13 persen dari seluruh UMKM. Setelah online pun, UMKM masih harus tetap dan akan bersaing dengan seluruh brand besar di platform digital,” ucap Menkop dan UKM, Teten Masduki.

Karena itu dalam fase pemulihan nanti KemenKopUKM akan menggenjot transformasi UMKM dari offline ke online. Kemkop dan UKM sudah bekerja sama dengan sejumlah platform besar untuk menggerakkan transformasi ini. Juga ada sejumlah perusahaan yang menjadi hub, yang siap memasarkan produk UMKM ke mancangara.

Teten mengatakan saat ini langkah awal yang dilakukan pemerintah dalam membantu keberlangsungan bisnis UMKM adalah dengan mempercepat penyaluran bantuan sosial (bansos).

“Di saat seperti ini, kalau UMKM diberi pembiayaan dari perbankan, maka mereka akan menjadi debitur hitam yang namanya di-black list, dan nantinya tidak bisa lagi meminjam dari bank. Sampai September 2020, pemerintah masih mempunyai sumber pendanaan. Tetapi kalau lewat dari September akan semakin membebani APBN, dan akan sulit juga menerbitkan surat utang,” ungkapnya.

Untuk menjaga keberlangsungan UMKM, menurut Teten, saat ini antar kementerian sudah diminta oleh Presiden Joko Widodo untuk membentuk struktur pemulihan bagi dunia usaha.

Sementara itu Kepala Ekonom BNI, Ryan Kiryanto, menyebutkan, pemerintah harus membentuk program pendampingan bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk kembali menjalankan bisnis di tengah pandemi Covid-19 yang telah mengubah perilaku konsumen menjadi situasi “new normal”.

“Pelatihan teknik produksi, pemasaran dan akuntansi dengan menggunakan perangkat digital sudah harus dikenalkan kepada pelaku UMKM, karena perilaku konsumen berubah dengan adanya situasi normal yang baru,” kata Ryan dalam diskusi virtual “Infobank Talk News Peran Perbankan Mendukung Umkm Berdaya Tahan di Tengah Pandemi Covid-19”.

Ryan menilai, pada tahun ini para pelaku UMKM akan cukup mampu bertahan melakukan kegiatan usaha yang terhantam dampak negatif pandemi Covid-19, karena pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) banyak memberikan relaksasi kepada UMKM terdampak wabah virus corona.

Pelonggaran kebijakan tersebut harus diikuti dengan upaya pemerintah dengan menciptakan program pendampingan bagi UMKM pada kondisi “new normal” akibat pandemi Covid-19.

Pendampingan UMKM ini diharapkan dapat menghadapi perubahan maupun guncangan di era yang baru. Ryan mengungkapkan, UMKM sebagai penopang PDB Indonesia harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, yang oleh banyak ekonom diperkirakan akan negatif di Kuartal II 2020.

1 COMMENT