nggota Kelompok Padatimu To’asoki sedang membuat kerupuk ikan. (Foto: Nyong Tomia/Poassa Nuhada)

Wakatobi, MNEWS.co.id – Pada peringatan Hari Ibu Indonesia pada tanggal 22 Desember 2021, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) memberikan apresiasi kepada para ibu di tanah air yang telah secara aktif mendukung upaya konservasi alam, di antaranya adalah mereka yang berada di Kabupaten Wakatobi.

Perairan Kepulauan Wakatobi terletak di wilayah Segitiga Terumbu Karang, pusat keanekaragaman hayati laut dunia. Kondisi tersebut menjadikan sumber daya perikanannya sangat melimpah dan harus dimanfaatkan secara berkelanjutan. Salah satu sosok penting dalam upaya ini adalah perempuan.

Terkait dengan hal tersebut, YKAN bersama Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Wakatobi, Balai Taman Nasional Wakatobi, Jasa Raharja, dan Kelompok Ekowisata Desa Kulati Poassa Nuhada melakukan pendampingan beberapa kelompok perempuan, termasuk pada Kelompok Padatimu To’asoki di Desa Kulati, Kecamatan Tomia Timur, Kabupaten Wakatobi.

Kelompok Padatimu To’asoki berdiri pada bulan Juli 2021, beranggotakan 12 orang ibu rumah tangga di Desa Kulati. Tujuan didirikannya kelompok tersebut adalah untuk meningkatkan kemampuan para anggotanya termasuk di sektor usaha perekonomian. Mereka mulai mengembangkan produk berupa kerupuk ikan simba (Caranx ignobilis).

Kami memilih ikan simba sebagai bahan dasar kerupuk karena ikan ini merupakan salah satu jenis yang paling banyak ditangkap oleh nelayan tradisional di Pulau Tomia. Ikan simba biasanya banyak didapat pada bulan Oktober-Desember dan Februari-April. Dari hasil musyawarah, pengecekan bahan baku, serta minat masyarakat, maka kami memilih produk kerupuk ikan simba,” terang Ketua Kelompok Padatimu To’asoki Yulianti Rahman dalam siaran pers yang diterima oleh redaksi MNEWS.co.id.

Setelah melalui serangkaian kegiatan, mulai dari identifikasi potensi, penguatan kelembagaan, pelatihan produksi, serta uji coba resep, kerupuk ikan simba mulai diluncurkan pada bulan Oktober 2021.

Kerupuk ikan simba produksi Kelompok Padatimu To’asoki. (Foto: La Ode Arifudin/YKAN)

Untuk menjamin agar kerupuk ikan simba bisa diterima oleh konsumen secara luas, maka produk ini telah dilengkapi dengan izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT). Meski masih relatif baru, kelompok ini telah mendapat banyak pelanggan di luar Pulau Tomia, bahkan hingga Papua dan Halmahera. Harga kerupuk ikan ini cukup terjangkau bagi masyarakat setempat, yaitu Rp10.000,- per bungkus.

“Pemberdayaan perempuan merupakan aspek penting dalam pembangunan. Melalui program ini, kelompok perempuan diharapkan dapat mengembangkan ekonomi lokal berbasis potensi sumber daya alam secara berkelanjutan,” terang Direktur Pengembangan dan Pemasaran YKAN, Ratih Loekito.

Untuk mendukung upaya pemanfaatan sumber daya laut yang bijak dan lestari, Kelompok Padatimu To’asoki telah membuat kesepakatan konservasi. Salah satu poin pentingnya adalah bahwa ikan simba sebagai bahan dasar kerupuk harus ditangkap dengan alat yang ramah lingkungan dan tidak merusak.

“Dari kegiatan ini kita mendapatkan pembelajaran bahwa apabila sebuah kawasan konservasi dikelola dengan baik maka akan mampu memberikan manfaat ekonomi dan ekologi bagi masyarakat setempat,” pungkas Direktur Program Kelautan YKAN Muhammad Ilman.