Mataram, MNEWS.co.id – Kain dari serat daun nanas yang diciptakan para pelestari lingkungan menambah khazanah perkainan Nusa Tenggara Barat (NTB). Kain ini dikembangkan aktivis lingkungan di Kota Mataram dan memerlukan pengembangan dari penenun di Pulau Lombok dan di Pulau Sumbawa.
Daun nanas yang semula dibuang karena dianggap sampah, sekarang dimanfaatkan seratnya menjadi benang pembuat kain. Produk tenunan yang dibuat dari serat daun nanas berupa selendang, syal, dan aksesoris lainnya.
Salah seorang pembuatnya berasal dari komunitas Bank Sampah NTB Mandiri di Lingkungan Banjar, Pejeruk, Ampenan, Kota Mataram.
“Daun nanas yang bertekstur kasar serta berduri dapat diolah menjadi benang pembuat kain,” kata Pimpinan Bank Sampah NTB Mandiri, Aisyah Odist.
Odist menjelaskan, kain dari serat daun nanas dapat diwarnai sesuai dengan motif yang diinginkan. Warna-warna yang sudah bisa ditampilkan seperti coklat kacang, ungu, dan kuning. Warna lainnya adalah kuning, merah muda, dan biru.
Kekayaan warna tersebut cukup terbilang variatif, sehingga bisa dikembangkan menjadi produk taplak meja hiasan kursi tamu. Kekayaan warna serta peruntukan kain dari serat daun nanas menambah gairah penenun NTB memproduksi kain. Benang pembuat kain yang semula didominasi benang kapas, sekarang beralih ke daun nanas yang lebih ramah lingkungan.
Hal tersebut mendukung kemampuan penenun-penenun handal NTB yang tersebar di berbagai sentra. Kekayaan yang sangat mendukung potensi penenun muda NTB yang diperkenalkan kepada tradisi menenun sejak usia 10 tahun.
Odist mengawalinya dengan melakukan riset pada tahun 2017. Melalui hasil risetnya, ternyata diketahui jika serat daun nanas yang dijadikan benang serat alami sebagai bahan dasar kain, mampu bertahan hingga dua tahun. Berangkat dari hasil riset itulah, Ia kemudian mulai membandingkan proses pengambilan serat daun nanas yang telah dilakukan di beberapa negara, seperti Filipina dan Thailand.
Akhirnya, Odist memantapkan pilihannya dan serius dengan program pengolahan limbah daun nanas hingga mendesain mesin khusus bersama STIPark (Science Techno Industrial Park) NTB. Mesin tersebut dibutuhkan untuk mengefisienkan waktu yang dibutuhkan dalam proses pemintalan serat daun nanas menjadi benang.
Pada tahap awal, Odist memintal serat dari nanas yang ditanamnya sendiri, kemudian mendapatkan benang pertama. Benang serat alami daun nanas yang pertama kali diproduksinya itu kemudian diberi nama Pinalo (Pineapple Lombok) yang kemudian menjadi nama brand produk kain dari serat nanas yang diproduksinya. Untuk melindungi karyanya, Pinalo pun sudah mengantongi Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).
Kini, produksi benang dari serat alami daun nanas sudah dilakukan secara masif di Desa Jurit Baru (Lombok Timur). Odist sudah memanfaatkan mesin pemintal untuk mendapat serat alami daun nanas. Untuk 1 kilogram benang Pinalo, dibutuhkan sekitar 70 kilogram daun nanas. Dengan potensi limbah daun nanas yang mencapai 7 ton di Lombok, pembuatan benang tersebut tidak terkendala bahan baku.