Ilustrasi Kopi Gayo. (Foto: Wilda Fizriyani)

Banda Aceh, MNEWS.co.id – Tren pertanian saat ini mulai berubah, regenerasi seara perlahan terus terjadi. Generasi milenial mulai mengambil peran untuk memajukan pertanian Indonesia, seperti yang dilakukan generasi milenial asal Aceh,

Hendrika Fauzi, membudidayakan tanaman kopi, bahkan mengekspornya hingga ke mancanegara. Apresiasi diberikan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL). Menurutnya, regenerasi harus mulai terjadi di sektor pertanian.

“Kita ingin lebih banyak anak muda yang terlibat di sektor pertanian. Karena anak-anak muda ini bisa menghadirkan inovasi teknologi yang memang dibutuhkan pertanian. Generasi milenial ini kita harapkan bisa memajukan pertanian Tanah Air,” katanya.

Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, mengatakan pertanian membutuhkan petani di usia produktif dengan latar belakang pendidikan tinggi.

“Dari data yang kita miliki, petani Indonesia saat ini mayoritas berada pada rentang usia 45 tahun hingga 55 tahun. Dan sebagian besar latar belakang pendidikannya berada di level pendidikan dasar, jumlahnya hingga 66%,” tuturnya.

Dengan data itu, Dedi menilai regenerasi petani harus dilakukan. Jika tidak, Indonesia bisa mengalami kekurangan petani. “Banyak sektor dari pertanian yang bisa dimanfaatkan petani milenial. Bahkan mereka bisa melakukan dari hulu sampai ke hilir, dari berkebun hingga menjual hasil kebunnya. Seperti yang dilakukan Hendrika Fauzi, petani milenial asal Aceh,” katanya.

Hendrika Fauzi adalah alumni Fakultas Pertanian Universitas Gajah Putih, Takengon. Hendrika mampu memaksimalkan keunggulan kopi Gayo Aceh yang terkenal nikmat. Tidak hanya sukses dalam berkebun, Hendrika bahkan sukses menjadikan Taiwan sebagai langganan tetapnya.

Namun, Ia tidak sendiri dalam menjalankan usahanya. Sejak tahun 2015, ia membentuk Kelompok Tani Bintang Muda Mandiri, di Desa Jongok Muluem, Kecamatan Kebayakan, Aceh Tengah. Hebatnya, Kelompok Tani Bintang Muda Mandiri mampu merekrut anggota yang seluruhnya adalah generasi milenial. Total kelompok tani ini memiliki 25 orang anggota.

“Dalam setahun, kami dua kali mengekspor kopi Gayo ke Taiwan. Yaitu setiap enam bulan sekali atau saat musim panen kopi. Sekali ekspor biasanya sekitar 500 kilogram hingga satu ton. Kami ekspor kopi melalui Medan atas kerja sama dengan perusahaan dari Taiwan yaitu The Rainforest Coffee,” katanya.

Ia menjelaskan, kopi yang diekspor adalah milik seluruh anggota kelompok taninya. Kopi-kopi itu lantas disortasi dan dicuci hingga bersih untuk kemudian dijemur dengan dry house sampai kadar airnya tinggal 12 persen.

“Kemudian di-hulling dan disortasi kembali sampai nol depect. Selanjutnya, kita kemas dalam goni isi 30 kilogram dan kita antar ke Medan untuk dikirim ke Taiwan,” tambahnya. Kesuksesan yang Ia raih membuatnya dinobatkan sebagai Duta Petani Milenial Aceh Tahun 2020.

Selain menjadi petani dan pengekspor kopi, Hendrika Fauzi juga mengembangkan tembakau Gayo. Usaha ini juga tak kalah menarik. Pasalnya, Hendrika sudah memasarkan tembakau ke DKI Jakarta, Sulawesi, dan sejumlah wilayah lain di Indonesia. “Untuk saat ini, paling banyak saya kirim tembakau ke berbagai daerah di luar Aceh sebanyak 100 kilogram,” ujarnya.

Dalam mengumpulkan tembakau, Hendrika juga bekerja sama dengan petani tembakau. Menurutnya, prospek usaha ini pun bagus. Buktinya, permintaan makin bertambah dan wilayah pemasaran juga semakin luas.

Namun, Hendrika berharap bisa mendapat dukungan fasilitas tenaga ahli untuk meningkatkan produksi petani dan memberikan peluang-peluang informasi untuk promosi seperti expo dan lainnya. Ia pun berharap agar dapat meningkatkan ekspor. Ia mengajak kepada genarasi muda untuk fokus menjadi petani. Sebab, kata Hendrika, petani adalah pekerjaan yang saya mulia.